Lahir di Surabaya pada 1921. Mendapatkan pendidikan di sekolah dasar
(Tashwirul Afkar) dan pesantren. Setelah ayahnya meninggal, ibunya menikah lagi
dengan Kiai Wahab Chasbullah. Sebagai anak tiri pendiri NU, dia sangat banyak
mendapatkan kemudahan dalam kariernya kemudian. Pada 1950 dia terpilih menjadi
anggota dewan kota Surabaya, pada 1955 menjadi anggota parlemen nasional sebagai
wakil NU Jawa Timur. Memimpin kelompok NU di parlemen selama 1958-60, dia
terpilih menjadi wakil ketua parlemen dari 1963 s.d. 1966. Dipilih kembali
menjadi anggota parlemen dalam pemilu 1971.
Pertama kali menjadi pengurus Tanfidziyah PBNU pada 1957, dan dari 1977 s.d. 1979 menjabat sebagai ketua. Setelah tidak terpilih kembali pada muktamar 1979, dia menarik diri dari NU dan beralih ke aktifitas-aktifitas dakwah, melalui sebuah organisasi baru, Ittihadul Muballighin, yang didirikannya pada 1978 dan sejak saat itu dia menjadi ketuanya. Dari semua politisi NU, tidak diragukan lagi, Sjaichu adalah orang yang banyak mempunyai kontak internasional di dunia Muslim.
Dia lama menjabat sebagai semacam birokrat internasional. Dialah yang mengambil prakarsa mengorganisir Konferensi Islam Asia-Afrika, yang akhirnya diselenggarakan pada 1965. Dia juga menjadi presiden Organisasi Islam Asia-Afirika yang lahir pada konferensi tersebut dan terus berlanjut hingga 1973. Sejak saat itu dia tetap aktif dalam Rabithah al-'Alam al-Islami (Liga Dunia Islam) dan Dewan Tertinggi Mesjid Dunia, di Mekkah.
(Tempo 1981 :799; Baidlawi & Ma'shum 1991).
Pertama kali menjadi pengurus Tanfidziyah PBNU pada 1957, dan dari 1977 s.d. 1979 menjabat sebagai ketua. Setelah tidak terpilih kembali pada muktamar 1979, dia menarik diri dari NU dan beralih ke aktifitas-aktifitas dakwah, melalui sebuah organisasi baru, Ittihadul Muballighin, yang didirikannya pada 1978 dan sejak saat itu dia menjadi ketuanya. Dari semua politisi NU, tidak diragukan lagi, Sjaichu adalah orang yang banyak mempunyai kontak internasional di dunia Muslim.
Dia lama menjabat sebagai semacam birokrat internasional. Dialah yang mengambil prakarsa mengorganisir Konferensi Islam Asia-Afrika, yang akhirnya diselenggarakan pada 1965. Dia juga menjadi presiden Organisasi Islam Asia-Afirika yang lahir pada konferensi tersebut dan terus berlanjut hingga 1973. Sejak saat itu dia tetap aktif dalam Rabithah al-'Alam al-Islami (Liga Dunia Islam) dan Dewan Tertinggi Mesjid Dunia, di Mekkah.
(Tempo 1981 :799; Baidlawi & Ma'shum 1991).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar