Halaman

Senin, 17 Desember 2012

المُوْقِظَةُ في علم مصطلح الحديث

Pengarang : Al-Hafidz Abu Abdillah Adz-Dzahabi
Penerbit: Daru Ahad
Cetakan ke 1, Tahun 1994
Jumlah halaman : 75 halaman
Jumlah juz : 1 juz

Kitab ini merupakan kitab rangkuman dari kitab gurunya imam Adz-Dzahabi (Ibnu Daqiq al-’Id) yang berjudul Al-Iqtiroh. termasuk kitab ulumul hadis yang tergolong lengkap pembahasannya.

Sekilas Biografi Adz-Dzahabi

Nama lengkap beliau adalah Syamsuddin Abu ‘Abdillah Muhammad bin Ahmad bin ‘Utsman bin Qaimaz. Beliau bergelar Al-Imam Al-Hafidz.

Beliau dilahirkan pada tahun 673 H dan wafat  tahun 748 H di kota Damasqus.

Beliau adalah seorang ahli hadis pada masanya dan seorang ahli sejarah Islam. Beliau mencari hadis pada saat usia 18 tahun dan sangat bersemangat dalam melakukan perjalanan mencari hadis. Beliau banyak mendengarkan Hadis dari berbagai ulama hadis.

Sekilas Biografi Ibn Jama’ah

Nama Lengkap : Muhammad bin Ibrahim bin Sa’dillah, bin Jama’ah, al-Mishri al-Syafi’i ( 639 – 733 H )
Guru-gurunya : Ibn Malik, Ibn Daqiq al-’Id, al-Rasyid al-’Aththar, Ibn al-Azraq, dan lain-lain.
Murid-muridnya : al-’Iraqi, Abu al-Fadhl bin ‘Asakir, Jamal al-Din al-Balbisi, dan lain-lain

Karya-karyanya : Idhah al-Dalil, al-Tibyan, Tahrir al-Ahkam, Tanqih al-Munazharah, al-Radd ‘ala al-Musyabbihah, al-Dhiya’ al-Kamil, al-Manhal al-Rawi, dan lain-lain.

Sekilas Biografi Ibn Daqiq al-’Id

Nama Lengkap : Abu al-Fath Taqiy al-Din Muhammad bin Abi al-Hasan Majd al-Din ‘Ali bin Abi ‘Athoya, al-Mishri al-Syafi’I al-Maliki. Beliau terkenal dengan nama Ibn Daqiq al-’Id. ( 625 - 702 H. ).
Perjalanan menuntut ilmu : Beliau belajar hadits ke Damaskus, Iskandariah, Hijaz, dan daerah-daerah lain.

Guru-gurunya : Ayahnya ( syaikh Majd al-Din ), Abu al-Qasim Hibatullah bin ‘Abdillah, ‘Abd al-’Azhim al-Mundziri, ‘Abd al-Wahhab bin al-Hasan, Yahya bin ‘Ali al-’Aththar, ‘Izz al-Din bin Abd al-Salam, dan lain-lain.
Murid-muridnya : Ibn Jama’ah, al-Dzahabi,’Ala’ al-Din al-Qunawi, ‘Alam al-Din al-Akhna’I, Quthb al-Din al-Halabi, dan lain-lain.

Sekilas Kitab Al-Taqrib wa al-Taisir

Pada dasarnya kitab Taqrib tidak berbeda dengan kitab Ibn al-Shalah, karena kitab ini merupakan ringkasan darinya. Hanya saja Imam al-Nawawi, dalam beberapa hal tidak sepakat dengan Ibn al-Shalah, misalnya dalam mendefenisi hadits shahih Imam al-Nawawi membuang lafazh al-Musnad. Contoh lain, al-Nawawi berpendapat boleh bagi orang-orang pada masanya menghukumi suatu hadits dengan shahih dan dha’if bagi yang menguasai ilmunya. Ini berbeda dengan pendapat Ibn al-Shalah yang menyatakan tidak boleh.

التقريب والتيسير

Sekilas Biografi Imam an-Nawawi

Nama Lengkap : Yahya bin Syaraf bin Murry bin Hasan bin Husain bin Muhammad bin Jum’ah bin Hizam An-Nawawi. Beliau disebut juga sebagai Abu Zakariya, padahal ia tidak mempunyai anak yang bernama Zakariya. Sebab, ia belum sempat menikah. Ia termasuk salah seorang ulama yang membujang hingga akhir hayatnya. Dan mendapatkan gelar "Muhyiddin" (orang yang menghidupkan agama), padahal ia tidak menyukai gelar ini. Dan ia memang pernah mengemukakan: "Aku tidak perbolehkan orang memberikan gelar "Muhyiddin" kepadaku." Beliau lahir pada pertengahan bulan Muharram, atau pada sepuluh pertama bulan Muharram (ada yang berpendapat demikian) pada tahun 631 H. di kota Nawa, sebuah daerah di bumi Hauran, Damaskus.

Sekilas tentang Kitab Ma’rifah Anwa’ Ulum al-Hadits

Kitab ini merupakan upaya yang sangat maksimal dalam melengkapi kelemahan di sana-sini karya-karya sebelumnya, seperti karya-karya al-Khatib dan ulama lainnya. Dalam kitabnya itu, ia menyebutkan secara lengkap 65 cabang ilmu Hadis dan menuangkan segala sesuatunya dengan detail. Mungkin ini pula yang menyebabkan kitab ini tidak cukup sistematis sesuai dengan judul babnya.

Kitab ini mengumpulkan apa yang tercerai berai dalam kitab-kitab sebelumnya, dan menyusunnya menjadi lebih baik. Berbeda dengan kitab-kitab sebelumnya yang menggunakan sanad dalam prose penukilan, maka Ibn al-Shalah, tidak menggunakan sanad lagi.

Sekilas Biografi Ibn al-Shalah

Nama Lengkap : Taqiyyuddin Abu ‘Amr Utsman bin Abdurrahman bin Utsman bin Musa al-Kurdi al-Syahrazuri.( 577 -  )

Perjalanan menuntut ilmu : Ibnu al-Shalah tercatat telah mengunjungi berbagai ibukota penting negara-negara Islam. Setelah bermukim di Maushul selama beberapa tahun, beliau lalu hijrah ke Baghdad, ke Khurasan dan kemudian melanjutkan ke Syam. Dalam persinggahannya di beberapa kota tersebut, beliau belajar kepada para ulama setempat dan secara khusus mendalami ilmu hadits, sampai beliau menguasainya.

Sekilas tentang Kitab al-Ilma’

Kitab al-Ilma’ hanya mengkhususkan pembahasan pada metode tahammul dan Ada’ serta berbagai permasalah seputar menjaga keutuhan dan kehati-hatian dalam periwayatan hadits. Selain itu, pada 4 bab pertama, beliau membahas tentang : wajibnya menuntut ilmu hadits dan menjaganya dengan kehati-hatian; keutamaan ilmu hadits dan ahlinya; Adab Thalib al-Hadits, dan masalah kapan sebaiknya seseorang mendengar hadits.



الإلماع إلى معرفة أصول الرواية وتقييد السماع

Sekilas Biografi Qadhi ‘Iyadh

Nama Lengkap : Abu al-fadhl ‘Iyadh bin Musa bin ‘Iyadh bin ‘Amr al-Yahshabi al-Andalusi al-Maliki.( 476 – 544 ) Perjalanan menuntut ilmu : Beliau berangkat dari Sabtah ke Andalus untuk menuntut ilmu pada tahun 500 –an Hijriah.

Guru-gurunya : al-Qadhi ‘Ali bin Sukkaroh al-Shadafi, Abu al-Bahr bin al-’Ash, Muhammad bin Hamdain, Abu al-Husain Siroj al-Shaghir, Abu Muhammad bin ‘Attab, Hisyam bin Ahmad, dan lain-lain.
Murid-muridnya : ‘Abdullah bin Muhammad al-Asyiri, Abu Ja’far bin Qashir, Khalaf bin Basykuwal, anaknya Muhammad bin ‘Iyadh, dan lain-lain.

Sekilas tentang Kitab al-Kifayah fi Ilm ar-Riwayah

Kitab al-Kifayah membahas banyak  persoalan dalam ilmu hadits antara lain masalah kehujjahan hadits, Mushthalahat al-Muhadditsin ( ini dibicarakan secara singkat dan banyak mushtalahat yang tidak disebutkan), Masalah Tahammul dan ‘Ada’, dan yang paling banyak dibicarakan adalah kaidah-kaidah dalam menerima atau menolak suatu riwayat. Ini sesuai dengan judul kitabnya “ al-Kifayah fi ‘Ilm al-Riwayah. Di antara hal baru yang ditulis oleh al-Khatib, yang belum ditulis oleh ulama’ hadits sebelumnya adalah pembagian hadits menjadi mutawatir dan Ahad.

Sekilas Biografi al-Khatib al-Baghdadi

Nama Lengkap : Abu Bakr Ahmad bin ‘Ali bin Tsabit bin Ahmad bin Mahdi al-Baghdadi ( 391 – 463 )
Perjalanan menuntut ilmu :Beliau mendengar hadits dari ayahnya sejak berumur 11 tahun, kemudian berangkat ke Bashrah ketika berumur 20 tahun, kemudian ke Nisabur ketika berumur 23 tahun,kemudian berangkat ke Ashbahan, Kufah, Syam, Dainur, Ray, Hamdzan, Hijaz, dan Damasqus. 

Guru-gurunya : al-Burqani, Abu Nu’aim al-Ashbahani, Abu Sa’d al-Malini, Abu Bakr al-Hairi, Abu Hazim al-’Abdawi, Qadhi Abu Thayyib, dan lain-lain.

Sekilas tentang Kitab Ma’rifah Ulum al-Hadits

Sekilas tentang Kitab Ma’rifah Ulum al-Hadits

Kitab ini sudah mulai membicarakan mushthalahat al-hadits, menjelaskan maksudnya, dan memberikan contoh-contohnya. Al-Hakim, di dalam kitab ini, sudah membicarakan hadits mauquf, mursal, munqathi’, musalsal, mu’an’an, mu’dhal, mudraj, shahih, saqim, gharib, dan lain-lain yang mencapai 50 cabang ilmu hadits

Sekilas tentang al-Hakim



Nama Lengkap : Abu ‘Abdillah Muhammad bin ‘Abdillah bin Muhammad bin Hamdawih bin Nu’aim al-Nisaburi. ( 321 – 405 H ).

Perjalanan Ilmiah : Beliau mengadakan perjalanan ke Iraq ketika berumur 20 tahun, kemudian pergi haji, kemudian ke Khurasan. Beliau belajar kepada + 2000 orang guru.

Guru-gurunya : Ayahnya, Muhammad bin ‘Ali Abu al-’Abbas al-Asham, Abu Ja’far Muhammad bin Shalih, Muhammad bin ‘Abdillah al-Shafar, Abu ‘Abdillah al-Ahram, Abu ‘Ali al-Hafizh, dan lain-lain.

Sekilas Kitab al-Muhaddits al-Fashil karya al-Ramahurmuzi



Kitab ini merupakan kitab pertama yang disusun dalam ilmu hadits menurut pendapat yang masyhur. Kitab ini ditulis sebagai penolakan terhadap orang-orang yang meremehkan ahli hadits, dan sebagai panduan bagi para pelajar hadits pada masanya dalam berakhlaq. Kitab ini memuat berbagai cabang ilmu hadits di antaranya :

1. Adab Thalib al-Hadits
2. Periwayatan dan Penulisan Hadits
3. ’Ali dan Nazil
4. Metode Tahammul wa al-Ada’
5. Ma’rifah Ruwah al-Hadits

Sekilas Biografi al-Ramahurmuzi

Nama Lengkap : Abu Muhammad al-Hasan bin Abd al-Rahman bin Khallad al-Farisi al-Ramahurmuzi ( w. 360 H )

Guru-Gurunya : Ayahnya ( Abd al-Rahman bin Khallad, Abu Husain al-Wadi’I, Muhammad bin Hayyan, Abu Khalifah al-fadhl bin al-Habbab, Abu Syu’aib al-Harani, al-Hasan bin al-Mutsanna al-’Anbari, Ahmad bin Ibn al-Khaitsamah, dll.

Murid-muridnya : Muhammad bin Ahmad al-Shaidawi, al-Hasan bin al-Laits al-Syirazi, Muhammad bin Musa bin Mardawaih, dan lain – lain.

Karya-karyanya : Adab al-Mawaid, Adab al-Nathiq, Amam al-Tanzil, Amtsal al-Nabi, Risalah al-Safar, al-’Ilal, al-Muhaddits al-Fashil, dan lain-lain.

Kitab Ulum al-Hadits Kontemporer



Pada periode berikutnya (setelah kitab-kitab klasik) para ulama kontemporer pun berlomba menulis kitab ilmu hadis. Jumlahnya, tak terhitung. Saking banyaknya. Dalam kesempatan ini, blog ini hanya akan menyebutkan beberapa saja sebagai bahan referensi bagi pembaca. Berikut ini adalah daftar kita-kitab ulum al-hadis kitab kontemporer:

Kitab Ulumul Hadits Klasik



Selain mengajar lewat lisan, para ulama juga giat menulis. Baik ulama klasik maupun ulama kontemporer. Saling berlomba dalam kebaikan dan menyebarkan manfaat bagi orang lain. Ulama klasik mengawali tulisan-tulisannya dengan bahasa sederhana dan pembahasan yang tidak terlalu lengkap. Lalu, disusul oleh para ulama kontemporer yang melakukan penyempurnaan isi materi buku, maupun dalam bentuk syarah kitab sebelumnya yang dipandang terlalu ringkas.

Pada tulisan ini, kami hendak menyebutkan beberapa kitab yang dikarang oleh para ulama klasik. Yang dimaksud dengan ulama hadis klasik adalah para ulama sebelum masa Ibnu Shalah yang menulis kitab sangat terkenal “Muqaddimah Ibn Shalah.”

Awal Mula Ilmu Hadis



Hadits adalah sumber ajaran Islam kedua setelah al-Qur’an. Berbeda dengan al-Qur’an yang seluruhnya diriwayatkan secara mutawatir ( sehingga bersifat Qath’I al-Tsubut ), hadits sebagian besarnya diriwayatkan secara ahad ( sehingga bersifat Zhanni al-Tsubut ). Hal ini menyebabkan validitas sebuah hadits layak dipertanyakan. Apalagi, hadits tidak tertulis seluruhnya pada masa Rasulullah SAW. Penulisan hadits secara resmi dan massal baru dilakukan pada masa khalifah Umar bin ‘Abd al-’Aziz. 

Rentang waktu yang cukup lama antara wafatnya Rasulullah SAW dengan penulisan hadits ditambah dengan periwayatan dari mulut ke mulut, menyebabkan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam periwayatan hadits cukup besar. Di samping itu, banyak juga terjadi pemalsuan-pemalsuan hadits dengan berbagai kepentingan.

24 Lulusan Program Kader Ulama Konsentrasi Ilmu Hadis

Kementerian Agama memberikan beasiswa S2 kepada 24 orang mahasiswa kader ulama. Program yang dberikan adalah konsentrasi Ilmu Hadis, yang ditempatkan di Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta. Selama 2 (dua) tahun dua puluh empat mahasiswa tersebut digembleng berbagai disiplin ilmu agama, khususnya ilmu-ilmu hadis. Apalagi, mereka ditempatkan di asrama Mahasantri Institut Ilmu Al-Quran di Cinangka, Pamulang, Tangerang Selatan.

Pandangan Prof. Quraish Shihab tentang Bid'ah

Bid'ah menjadi tema perbincangan yang amat menarik akhir-akhir ini. Tak jarang diskusi dan "ijtihad" tentang masalah yang satu itu menjadikan satu kelompok menghujat dan mengkafirkan yang lain. Melihat kelompok lain tak lebih dari sekadar mengada-ada dalam Islam dan menilai mereka tak menolak bahwa Islam sudah sempurna. Atau bahkan dianggap menuduh Nabi Muhammad Saw menyembunyikan risalah.

Apa yang dikatakan oleh salah satu ulama ahli tafsir Indonesia tentang masalah bid'ah ini? Berikut ini pendapat beliau yang kami kutip dari buku "1001 Soal Keislaman yang Patut Anda Ketahui".