Halaman

Senin, 08 Juli 2013

Puasa, “Proposal Langsung di Meja”

Dalam beberapa versi hadis qudsi , disebutkan puasa sebagai ibadah spesial. Puasa satu-satunya ibadah yang nilai pahalanya langsung dibalas Allah SWT. Sesuai sifatnya yang tersembunyi, penilaiannya pun berbeda-beda. Puasa tidak hanya sekadar tidak makan-minum, tidak cuma menahan hawa nafsu hubungan suami istri, atau berbagai perbuatan-perbuatan makruh lainnya. Fungsi puasa ternyata jauh melebih sifat yang tampak.

Dengan tegas Allah SWT menyatakan, Dia-lah yang akan menentukan tiap balasan yang layak bagi orang yang berpuasa. Tentu saja kadar balasannya berdasarkan apa yang dilakukannya saat berpuasa atau sepanjang bulan Ramadhan. “Puasa untuk-Ku dan Aku-lah yang akan membalasnya.” Begitulah, bunyi salah satu hadis qudsi sahih.

Maka, puasa adalah sebuah upaya ‘merayu’ atau ‘proposal’ permohonan seorang hamba kepada Tuhannya. Kalau proposal-proposal biasa, harus melalui para ajudan, staf, atau sekretaris, khusus puasa ini bisa diibaratkan proposal yang masuk di “meja”. Langsung diterima Allah SWT. Dia-lah yang akan mementukan setiap proposal yang masuk. Diterima atau ditolak. Mendapatkan cek besar ataukah cek sekadar cukup untuk biaya transportasi atau konsumi—bila diibaratkan kepanitiaan.

Cek itulah yang akan menentukan perjalanan hidup kita selanjutnya saat Ramadhan berlalu. Penerima cek besar pasti akan menjalani kehidupan yang lebih baik, yang lebih dekat dengan Allah, dan kebahagiaan tiada terkira. Bekal yang mungkin akan cukup baginya hingga saat Ramadhan tahun berikutnya tiba. Maklum, cek besar yang diterima. Sebaliknya, penerima cek kecil paling hanya cukup bertahan untuk beberapa hari. Bahkan, ada pula yang hanya cukup hingga hari pertama idul fithri. Usai Idul Fitri, mereka sudah tak punya lagi bekal yang cukup. Maka, hidupnya pun menjadi seakan habis terlepas dari belenggu rantai penjara. Berpuas-puas dengan beragam makanan dan pakaian baru. Pelampiasan nafsu yang tertahan sejak Ramadhan.

Karena proposal langsung di meja, sudah selayaknya kita tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Kita seyogianya membuat proposal itu sebagus mungkin. Dengan susunan kalimat sebagus mungkin, pengemasan terbaik, dan berbagai aksesoris pendukung lainnya. Sesuatu yang membuat kita yakin sebenar-benar yakin bahwa proposal itu akan diterima.
Puasa sudah esok hari? Sudahkah kita persiapkan proposal terbaik?

*Catatan kecil Ramadhan 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar