Oleh: Kasan Bisri
I.
PENDAHULUAN
Transformasi pesantren
yang fenomenal telah terjadi dindoensia. Gejala paling jelas adalah bahwa
pesantren dalam beberapa dasawarsa
terakhir kian terlibat pendidikan umum; bahkan juga dalam upaya pembangunan
bangsa untuk kemajuan dan kewargaan kultural. Atas dasar itu, sistem pendidikan
islam Indonesia termasuk ke dalam rangking system pendidikan paling terbuka dan
inovatif di dunia. Hal ini agaknya masih kurang diketahui dan disadari banyak
kalangan. Karena itu, pemahaman dan apresiasi lebih baik terhadap pesantren
pastilah perlu dikembangkan terus, baik dalam maupun luar negeri.
Sosialisasi informasi
ataupun promosi pesantren kepada masyarakat perlulah dilakukan dengan tujuan
memberikan pemahaman yang benar mengenai pesantren. Hal ini juga bisa
menanamkan citra yang baik dalam benak masyarakat.
Di sisi lain, anggapan bahwa
pesantren sebagai tempat persemaian benih-benih radikalisme (seeds of
radicalism) yang berujung pada jihadism atau terrorism dapat dihilangkan.
Untuk menjadi
institusi pendidikan yang diterima, dipercaya, dan diminati oleh masyarakat,
paling tidak ada dua hal yang harus dilakukan oleh pesantren. Pertama,
pembenahan internal pesantren dalam hal sumber daya pengajar/ustadz, manajemen,
kurikulum, pelayanan dan juga infrastruktur. Kedua, sosialisasi
pesantren agar lebih dikenal oleh masyarakat kegiatan ini bisa juga disebut
promosi pesantren.
Berdasarkan pemaparan
di atas, makalah yang sederhana ini hendak membahas tentang promosi
pesantren, langkah apa saja yang harus
dilakukan untuk promosi dan bagaimana
membentuk loyalitas masyarkat terhadap pesantren.
II.
PEMBAHASAN
A. PROMOSI PESANTREN
Definisi,
Untuk memahami arti promosi,
disini penulis mengutip beberapa definisi diantaranya adalah Charles W. Lamb yang
mendefinisikan promosi sebagai ”Komunikasi oleh pemasar yang menginforasikan
dan meningkatkan calon pembeli mengenai sebuah produk mengetahui suatu pendapat
atau memperoleh suatu respon”.[1]
Sedangkan menurut Irwan Dani promosi adalah “usaha yang ddilakukan agar calon
pembeli member perhatian kepada usaha, barang atau jasa yang ditawarkann untuk
kemudian mendorongnya untuk membeli”.[2]
Definisi yang lain
dikemukakan oleh indriyo Gitosudarmo yang mengatakan promosi sebaai kegiatan
yang ditujukan untuk mempengaruhi konsumen agar mereka dapat menjadi kenal akan
produk yang ditawarkan oleh perusahaan kepada konsumen dan kemudian konsumen
menjadi senang lalu membelinya.[3]
Dari beberapa defnisi
di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa promosi adalah cara komunikasi yang
dilakukan oleh perusahaan untuk mendorong atau menarik calon konsumen agar
membeli atau menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan. Ringkasnya promosi
merupakan alat komunikasi yang bersifat sosialisasi dan persuasif agar konsumen
mau menkonsumsi produk dan atau jasa kita.[4]
Dengan demikian
promosi pesantren adalah usaha penyampaian informasi oleh pesantren atau pihak
lain untuk mendorong serta menarik masyarakat untuk menggunakan jasa yang
disediakan oleh pesantren yang notabenenya sebagai institusi pendidikan islam.
Pada dasarnya kegiatan
promosi adalah bagaimana mengkomunikasikan kepentingan-kepentingan seseorang,
lembaga atau masyarakat untuk dapat saling berinteraksi. Pesantren sebagai
lembaga pendidikan sangat mempunyai kepentingan dalam mengkomunikasikan
kegiatannya kepada masyarakat, namun sayangnya kepentingan promosi bagi
pesantren sangatlah dianggap tabu. Selama ini pesantren sesuai ajaran islamnya
sangatlah menghindari hal-hal yang bersifat riya’.[5]
Disisi lain masyarakat
kita juga ingin tahu: Apa visi dan misinya? Apakah pesantren berorientasi
profit? Apa nilai keunggulan pesantren? Bagaimana prestasi yang telah dicapai dan
reputasinya? Dsb. Semua itu ingin
diketahui oleh masyarakat pemakai dan jika tidak dikomunikasikan kepada
khalayak, bisa saja seseorang salah persepsi terhadap pesantren. Dalam hal
inilah promosi berperan penting untuk meyampaiakan pesan dan informasi mengenai
pesantren kepada masyarakat.
Tujuan Promosi Pesantren,
Tujuan utama dari
promosi yang dilakukan oleh organsasi secara mendasar terdiri dari beberapa hal
antara lain berupa: menginformasikan, mempengaruhi, membujuk dan mengingatkan
konsumen tentang organisasi (pesanten).[6]
Oleh karena itu tujuan utama promosi pesantren dapat
diuraikan sebagai berikut:
a)
Menyebarkan informasi
mengenai pesantren kepada masyarakat sebagai target pasar potensial.
b)
Untuk mendapatkan kenaikan
jumlah santri-santri baru (kuantitas).
c)
Membedakan serta
mengunggulkan pesantren dibanding pesantren atau institusi pendidikan yang
lain.
d)
Membentuk citra pesantren di mata masyarakat sesuai dengan yang diinginkan.
Metode Promosi Pesantren,
Dalam melakukan suatu
promosi maka sangat diperlukan beberapa alat promosi yang mendukung
keberhasilannya. Berikut ini adalah beberapa alat promosi yang dapat digunakan
untuk mempromosikan pesantren:[7]
a) Promosi dari
mulut ke mulut (mouth to mouth promotion).
Model promosi ini merupakan model yang umum dilakukan
melalui penyampaian informasi produk atau jasa yang sedang dipromosikan oleh
satu individu ke individu lainnya tanpa ada batasan tempat dan waktu. Tehnik promosi
pesantren hanya megandalkan pengalaman yang dialami oleh individu sebelumnya
ynag telah mengenal produk yang bersangkutan, dalam kasus pesantren adalah para
alumni pesantren.
b) Media luar
(outdoor promotion).
Promosi model ini adalah dengan menggunakan baliho,
spanduk, selebaran, papan nama dan seterusnya.
c) Iklan (advertising).
Iklan merupakan bagian dari promosi penjualan. Promosi
penjualan artinya setiap usaha yang bertujuan untuk meningkatkan penjualan baik
jangka pendek maupun jangka panjang.[8]
DR. Basu Swastha mendefinisikan periklanan adalah “komunikasi non-induvidu
dengan sejumlah biaya melalui berbagai media yang dilakukan oleh perusahaan,
lembaga, serta individu-individu”.[9]
Kesimpulannya adalah bahwa iklan merupakan suatu
bentuk komunikasi pemasaran dari produsen ke konsunmen melalui media komunikasi
massa semisal; reklame, baliho, radio, televise, surat kabar, majalah dsb.
d) Pameran dan
eksibisi (exhibition).
Pameran merupakan salah satu cara untuk mempromosikan
produk maupun jasa. Metode ini lumrah dilakukan oleh perusahaan maupun pabrik
manufacturing dan penyedia jasa dimana beberapa perusahaan mempromosikan
produknya dalam waktu dan tempat yang sama.
Metode ini mungkin jarang, atau bahkan tidak pernah,
dilakukan oleh institusi pesantren. Namun demikian hal ini layak dicoba untuk
membangun image pesantren bahwa dewasa ini pesantren tidak lagi hanya bergumul
dengan sarung, peci (kopyah), dan kitab kuning tapi sudah mulai merambah dunia
teknologi. Santri tidak lagi hanya belajar ilmu agama namun mereka juga
dibekali ilmu umum, teknologi, dan keahlian.
Eksibisi pesantren sangatlah mungkin dilakukan
sekarang ini disamping telah adanya wadah persatuan ma’had islami indonesia
juga adanya divisi khusus untuk pesantren dalam kementrian agama Indonesia.
Dalam hal ini kita bisa mengaca pada pameran-pameran institusi pendidikan yang
sering dilakukan oleh beberapa universitas luar negeri di Indonesia.
Teori AIDDA,
Promosi hakikatnya adalah
aktifitas persuasif yang dilakukan terhadap sekelompok masyarakat
sehinnga mereka tertarik untuk menuruti perkataan maupun anjuran pelaku
promosi.
Apabila kita hendak mengadakan kegiatan persuasi dalam usaha memperkuat,
mempengaruhi serta mengubah pendapat, sikap dan tingkah laku, maka seyogianya
kita memperhatikan dengan seksama faktor-faktor deteminan internal,
faktor-faktor hambatan pesuasi, faktor – faktor evasi terhadap persuasif dan
faktor-faktor norma kelompok.
Banyak sarjana memberikan pikirannya tentang pendekatan dalam kegiatan persuasi,
yang umunya mempunyai tendensi yang sama, yaitu yang disebut A-A Procedure
atau from Attention to Action Producedure. A-A Procedure ini adalah proses
pertahapan persuasi yang dimulai dengan usaha menumbuhkan perhatian (attention)
untuk kemudian akhirnya berusaha menggerakkan seseorang atau orang banyak agar
berbuat (action) seperti yang kita harapkan.[10]
Adapun formula atau pendekatan yang disebut sebagai A-A Procedure
dalam AIDDA atau disaingkat dari tahap-tahap komunikasi persuasi, dapat
dijadikan sebagai landasan pelaksanaan, berikut penjelasannya:
A Attention : Perhatian
I Interest : Minat
D Desire : Hasrat
D Decision : Keputusan
A Action : Tindakan /Kegiatan
Dalam tahap ini, komunikasi persuasi didahului dengan upaya membangkitkan
perhatian. Upaya ini tidak hanya dilakukan dalam gaya bicara dengan kata-kata
yang merangsang, tetapi juga dalam penampilan (appearance) ketika menghadapi
khalayak, senyum yang tersungging pada wajah yang cerah sudah bisa menimbulkan
perhatian pada khalayak.
Apabila perhatian sudah terbangkitkan, maka tahap selanjutnya adalah
upaya menimbulkan minat. Upaya ini bisa berhasil dengan mengutarakan hal-hal
yang menyangkut kepentingan komunikan. Karena itu, komunikator harus mengenal
siapa komunikan yang dihadapinya, “Know Your Audience”, kenalilah khalayakmu, demikianlah
nasehat ahli komunikasi.
Tahap selanjutnya, dengan memunculkan hasrat pada komunikasi untuk
melakukan ajakan, bujukan atau rayuan komunikator. Disini imbauan emosional
perlu ditampilkan oleh komunikator, sehingga pada tahap berikutnya komunikan
dapat mengambil keputusan untuk melakukan sesuatu kegiatan yang diharapkan.
Promosi dalam Perspektif Islam,
Tentunya dalam mempromosikan pesantren haruslah didasari nilai-nilai
yang islami. Hal ini sangatlah penting karena yang kita promosikan adalah
sebuah institusi pendidikan islam. Jangan sampai tujuan promosi untuk menarik
minat masyarakat malah menjadi bumerang
bagi pesantren sendiri.
Nilai-nilai keislaman yang dapat dijadikan sebagai paradigma dalam
promosi yang islami adalah sebagai berikut:
1. Tulus, ikhlas
(sincerety)
promosi yang dilakukan haruslah dilandasi atas niat
yang baik, tulus dan ikhlas serta tidak
merendahkan produk lain.
2. Kejujuran (honesty)
informasi yang disampaikan sesuai denganspesifikasi
produk itu sendiri, tidak menyelewengkan informasi tentang suatu jasa atau
produk. Tidak disertai sumpah palsu sebagaimana Rasulallah menghimbau para
sahabat;
عَنْ
أَبِى
قَتَادَةَ
الأَنْصَارِىِّ أَنَّهُ
سَمِعَ
رَسُولَ
اللَّهِ
-صلى
الله
عليه
وسلم
يَقُولُ:
« إِيَّاكُمْ وَكَثْرَةَ
الْحَلِفِ
فِى
الْبَيْعِ
فَإِنَّهُ
يُنَفِّقُ
ثُمَّ
يَمْحَقُ
». (رواه مسلم و النسائي)[11]
artinya: dari Abi Qotadah al-Anshori dia mendengar
Rasulallah SAW bersabda: “jauhkan dirimu dari bnyak bersumpah dalam berjualan
karena sesungguhnya ia memanipulasi (iklan dagangan) kemudian menghilangkan
keberkahan.
3. Penuh makna (meaningful)
Pesan yang disampaikan mempunyai nilai pendidikan
kepada masyarakat, termasuk tidak mengeksploitasi tubuh wanita dalam melakuan
periklanan.
4. Bertanggung
jawab (accountability)
Bertanggung jawab terhadap apa yang dipromosikan dan
menepati janji-janji yang diberikan dalam sebuah promosi. Maka dari itu tidak diperkenankan membuat
iklan yang berlebih-lebihan dan terlalu banyak memuji produk sendiri agar laku.[12]
B. STRATEGI
PROMOSI PESANTREN
Pelaksanaan promosi pesantren akan melibatkan beberapa tahap, yaitu:
a) Menentukan
tujuan. Tujuan promosi merupakan awal dari kegiatan promosi. Jika lembaga ingin
menentukan beberapa tujuan sekaligus maka hendaknya dibuat skala prioritas atau
tujuan mana yang hendak dicapai.
b) Mengidentifikasi
pasar yang dituju. Segmen pasar yang akan dicapai oleh lembaga dalam kampanye
promosinya harus dibatasi secara terpisah menurut factor demografis atau psikografis.
Pasar yang ditujuharus terdiri individu-individu yang bersedia menggunakan jasa
yang bersangkutan. Untuk produk baru tes pemasaran sangat bermanfaat untuk
mengetahui pembeli-pembeli potensial.
c) Menyusun
anggaran. Setelah pemimpin ponpes menyusun tujuan promosinya dan
mengidentifikasi segmen pasar yang bersangkutan maka disusunlah anggaran
promosi. Ini jelas bukan sederhana karena pentingnya promosi sangat ditentukan
oleh factor-faktor seperti tindakan pesaing dan jenis produk.
d) Memilih
berita. Berita yang tepat untuk mencapai sasaran yang dituju harus dipersiapkan
dengan tepat. Sifat berita promosi sangat berbeda jika produknya masih pada
tahap perkenalan dengan siklus kehidupannya, maka informasi produk akan menjadi
topic utama. Sedangkan pada tahap selanjutnya perusahaan lebih cenderung
mengutamakan tema promosi yang bersifat persuasive.
e) Memilih alat
dan media promosi. Bila ingin melakukan iklan di media tertentu maka hendaknya
dipilih jenis media mana yang paling cocok untuk melakukan promosi. Apakah
menggunakan media cetak, elektronik, atau cukup dengan mouth to mouth dan lewat
ajakan figur kyai yang berkharisma?
f) Mengukur
efektifitas . pengukuran efektifitas keberhasilan promosi lewat car manapun
yang dipakai sangatlah penting. Semakain dini kemampuan mendeteksi efektifitas
promosi akan semakin mengurangi ongkos yang terbuang-buang sia-sia. Tanpa
dilakukan pengukuran efektifitas tersebut, sulitlah diketahui apakah tujuan
promosi itu dapat dicapai atau tidak.
g) Mengendalikan
dan memodifikasi kampanye promosi. Setelah dilakukan pengukuran efektifitas ada
kemungkinan diadakan perubahan rencana promosi. Perubahan dilakukan untuk
seluruh perencanaan promosi yang penting bagi lembaga harus memperhatikan
kesalahan-kesalahan yang pernah dibuat untuk menghindari kesalahan yang sama di
masa datang.[13]
C. LOYALITAS PESANTREN
Oliver
mengungkapkan dalam definisi loyalitas pelanggan atau konsumen yaitu komitmen pelanggan bertahan secara mendalam untuk berlangganan
kembali atau melakukan pembelian ulang produk atau jasa terpilih secara
konsisten dimasa yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha – usaha
pemasaran mempunyai potensial untuk memyebabkan perubahan perilaku.[14]
Loyalitas masyarakat terhadap pesantren dapat dimaknai sebagai
preferensi yang dilakukan masyarakat secara konsisten untuk menggunakan jasa
pesantren tertentu dibandingkan pesantren atau institusi pendidikan yang lain.
Hal ini karena masyarakat sudah dekat dan terbiasa dengan pesantren. Kebiasaan itu terbentuk melalui interaksi
yang sering selama periode waktu tertentu. Tanpa
adanya hubungan yang kuat niscaya loyalitas tidak akan pernah ada.
Masyarakat yang loyal terhadap pesantren
memeliki ciri-ciri sebagai berikut:[15]
1.
Menggunakan jasa pesantren dengan menitipkan
putra-putrinya.
2. Memiliki
komitmen pada pesantren.
3. Selalu
mengikuti informasi yang berkaitan pesantren
4.
Mereferensikan kepada orang lain.
5. Mereka dapat
menjadi semacam juru bicara dari pesantren dan mereka selalu mengembangkan
hubungan dengan pesantren tersebut.
Tingkatan
Loyalitas,
Individu maupun kelompok masyarakat tumbuh untuk menjadi loyal memerlukan proses dan tahapan.
Proses itu dilalui dalam jangka waktu tertentu dengan kasih sayang, dan dengan
perhatian yang diberikan pada tiap-tiap tahap pertumbuhan. setiap tahap
memiliki kebutuhan khusus. Ada empat tingkatan
loyalitas masyarakat terhadap pesantren, yakni:[16]
1.
Terrorist Poeple adalah
masyarakat yang suka menjelek-jelekan suatu pesantren
dikarenakan tidak suka atau pernah tidak puas dengan layanan yang diberikan.
2.
Transactional Poeple, yaitu masyarakat yang memiliki hubungan
dengan pesantren yang sifatnya hanya sebatas transaksi, kelompok ini hanya
menggunakan jasa pesantren saja.
3.
Loyal Poeple,
masyarakat jenis ini tidak hanya melakukan repeat buying, tetapi lebih jauh lagi sangat loyal dengan
produk dan merek perusahaan. Bila ada
orang lain yang menjelekkan pesantren, kelompok ini tetap bertahan, ia tetap bersama pesantren
seburuk apapun orang menjelekkannya.
4.
Advocator Poeple, merupakan kelompok masyarakat yang selalu
membela pesantren dan menjadi juru bicara yang baik kepada khalayak umum. Bahkan mereka akan marah apabila ada orang lain yang
menjelek–jelekkan pesantren tersebut.
Keuntungan
Loyalitas Masyarakat,
Imbalan dari
loyalitas bersifat jangka panjang dan kumulatif. Semakin lama loyalitas seseorang, semakin besar keuntungan yang dapat diperoleh pesantren. Keuntungan-keuntungan pesantren apabila mempunyai kelompok masyarakat yang loyal diantaranya yaitu:
1. Posisi dan
keberadaan pesantren semakin kuat ditengah-tengah masyarakat.
2. Penjualan naik
karena pelanggan membeli lebih banyak dari perusahaan.
3. Biaya promosi
pesantren akan menurun karena masyarakat yang loyal dan yang merasa puas akan
bercerita kepada orang lain.
4. Nama baik
pesantren dan kepercayaan masyarakat semakin tinggi.
5.
Pesantren lebih
terlindungi dalam
persaingan dengan institusi-institusi lain.
Faktor Pembentuk Loyalitas Masyarakat,
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya ataupun terciptanya
loyalitas masyarakat kepada pesantren, diantaranya adalah:
1. Sosok kyai
yang berkharisma.
2. Pelayanan,
dengan kualitas pelayanan yang baik yang ditawarkan oleh pesantren.
3. Kepuasan yang
dirasakan oleh masyarakat.
4. Citra
pesantren yang positif.
III.
KESIMPULAN
Promosi pesantren
sangatlah penting untuk dilakukan dewasa ini. Promosi membuat masyarakat lebih familiar
lagi dengan pesantren, tidak hanya masyarakat muslim bahkan juga non muslim
syukur-syukur dengan promosi pesantren bisa ‘goes to international’. Dan
tentunya ini pun akan berdampak positif terhadap pesantren. Dengan promosi
diharapkan pesantren mampu menjadi institusi pendidikan islam yang semakin diterima, dipercaya, dan diminati oleh
masyarakat.
Namun demikian
kepercayaan serta loyalitas masyarakat terhadap pesantren haruslah tetap
dijaga. Prinsip al-muhafadhah ala al-qadim as-shalih wa al-ahdzu bi al-jadid
al-aslah diharapkan tidak hanya sekedar menjadi omongan saja tapi harus
benar-benar menjadi landasan gerak pesantren. Karena prinsip ini menunjukkan
bahwa pesantren merupakan organisasi yang inklusif terhadap perubahan yang
selalu berbenah diri, bukannya menjadi organisasi yang anti perubahan (ekslusif).
Wallahu a’lam.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad bin
Syuaib al-Nasa’i, Sunan al-Nasa’i, (Mesir: Dar Ibn al-Jauzi, 2010)
Asrori S.
Karni, Etos Studi Kaum Santri; Wajah Baru Pendidikan Islam (Bandung:
Mizan, 2009)
Buchari Alma, Manajemen
Pemasaran dan Pemasaran Jasa,(Bandung: Alvabet, 1992)
Charles W. Lamb, Pemasaran, (Jakarta: Salemba Empat, 2001)
Halim, dkk., Manajemen
Pesantren, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005)
Hamzah Ya’kub,
Kode Etik Dagang Menurut Islam, (Bandung: VC. Diponegoro, 1992)
Irwan Dani, Bagaimana Memperbaiki Pemasaran Anda,
(Jakarta:Friedrich Ebert Stiffung, 1999)
Jill Griffin, Customer
Loyalty: Menumbuhkan dan Mempertahankan Kesetian Pelanggan, (Jakarta:
PT.Gelora Aksara Pratama, 2005)
Marius P.
Angipora, Dasar-Dasar Pemasaran, (Jakarta: Grafindo Persada, 2001)
Muslim bin
Hajjaj, Shahih Muslim, (Mesir: Dar Ibn al-Jauzi, 2010)
Onong Uchyana Effendy, Komunikasi Teori dan
Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000)
Ratih
Hurriyati, Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen, (Bandung:
CV.Alfabeta, 2008)
[1] Charles W. Lamb, Pemasaran, (Jakarta: Salemba
Empat, 2001), hlm. 146
[2] Irwan Dani, Bagaimana
Memperbaiki Pemasaran Anda, (Jakarta:Friedrich Ebert Stiffung, 1999) hlm.
66
[3] Ibid.
[4] Promosi dalam makalah ini adalah
istilah yang sering digunakan dalam manajemen bisnis atau pemasaran bukan
promosi dalam Manajemen sumber daya manusia. Promosi dalam manjemen SDM biasa
dikenal dengan istilah ‘promosi jabatan’, dan istilah ini sejajar dengan
istilah-istilah mutasi / rotasi pekerjaan, demosi (turun pangkat) dan PHK.
[5] Halim, dkk., Manajemen
Pesantren, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005), hlm. 33
[6] Marius P. Angipora, Dasar-Dasar Pemasaran, (Jakarta: Grafindo
Persada, 2001), hlm. 339
[7] Dalam teori promosi umum
disebutkan alat-alat promosi yang lebih banyak seperti promosi
konsumen, promosi dealer, resiporitas, jaminan dan servis dan penawaran komperatitif. Namun disini
penulis hanya menyebutkan beberapa alat promosi yang sekiranya sesuai dengan
dunia pesantren.
[8] Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran
Jasa,(Bandung: Alvabet, 1992), hlm. 139
[9] Marius P.
Angipora, Dasar-Dasar Pemasaran, Op.Cit., hlm. 344
[10] Onong Uchyana Effendy,
Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000)
[11] Muslim bin
Hajjaj, , Shahih Muslim, (Mesir: Dar Ibn al-Jauzi, 2010), hlm. 449. Ahmad bin Syuaib al-Nasa’I, Sunan
al-Nasa’I, (Mesir: Dar Ibn al-Jauzi, 2010), hlm. 507.
[12] Hamzah Ya’kub,
Kode Etik Dagang Menurut Islam (Bandung: CV. Diponegoro, 1992), hlm. 156.
[13] Halim, dkk., Manajemen Pesantren, Op.Cit., hlm.
29-31
[14] Ratih
Hurriyati, Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen, (Bandung: CV.Alfabeta, 2008), hlm. 129
[15]
Jill Griffin, Customer
Loyalty: Menumbuhkan dan Mempertahankan Kesetian Pelanggan, (Jakarta:
PT.Gelora Aksara Pratama, 2005), hlm. 31
[16] Ratih Hurriyati, Bauran Pemasaran dan
Loyalitas Konsumen. Op.Cit., hlm.134-135
Tidak ada komentar:
Posting Komentar