Halaman

Senin, 31 Desember 2012

تخريج الحديث : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ إِذَا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ يَشُوصُ فَاهُ بِالسِّوَاكِ



﴿سنن النسائي/ كتاب الطهارة/ باب السواك إذا قام من الليل
نص الحديث
أَخْبَرَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ ، عَنْ جَرِيرٍ ، عَنْ مَنْصُورٍ ، عَنْ أَبِي وَائِلٍ ، عَنْ حُذَيْفَةَ ، قَالَ : "كَانَ رَسُولُ اللَّهِ إِذَا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ يَشُوصُ فَاهُ بِالسِّوَاكِ"

تخريج الحديث
هذا الحديث أخرجه:

تخريج الحديث : رَهَنَ دِرْعَهُ عِنْدَ أَبِي الشَّحْمِ الْيَهُودِيِّ



﴿مسند الشافعي/ كتاب البيوع﴾
نص الحديث
أَخْبَرَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُحَمَّدٍ ، وَغَيْرُهُ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ ، عَنْ أَبِيهِ ، أَنّ النَّبِيَّ " رَهَنَ دِرْعَهُ عِنْدَ أَبِي الشَّحْمِ الْيَهُودِيِّ "
تخريج الحديث
هذا الحديث أخرجه:
·      البخاري ف الصحيح، كتاب الرهن، باب من رهن درعه بلفظ "أن النبي صلى الله عليه و سلم اشترى من يهودي طعاما إلى أجل ورهنه درعه"

تخريج الحديث : الطَّاعُونُ، وَالْبَطْنُ، وَالْغَرَقُ، وَالنُّفَسَاءُ شَهَادَةٌ



﴿مسند أحمد بن حنبل/ مسند صفوان بن أمية الجمحى﴾
نص الحديث
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيد، قال: حدثنا التيمي يَعْنِي سُلَيْمَانَ، عَنْ أَبِي عُثْمَانَ يَعْنِي النَّهْدِيَّ ، عَنْ عَامِرِ بْنِ مَالِكٍ، عَنْ صَفْوَانَ بْنِ أُمَيَّةَ، قَالَ : " الطَّاعُونُ، وَالْبَطْنُ، وَالْغَرَقُ، وَالنُّفَسَاءُ شَهَادَةٌ "، حَدَّثَنَا بِهِ أَبُو عُثْمَانَ مِرَارًا، وَقَدْ رَفَعَهُ إِلَى النَّبِيِّ مَرَّةً

تخريج الحديث
هذا الحديث أخرجه:

تخريج الحديث : طَعَامُ الْوَاحِدِ يَكْفِي الِاثْنَيْنِ، وَطَعَامُ الِاثْنَيْنِ يَكْفِي الْأَرْبَعَةَ، وَطَعَامُ الْأَرْبَعَةِ يَكْفِي الثَّمَانِيَةَ



﴿سنن إبن ماجه/ كتاب الأطعمة/ باب طَعَامُ الْوَاحِدِ يَكْفِى الاِثْنَيْنِ. ﴾
نص الحديث
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الرَّقِّيُّ ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ زِيَادٍ الْأَسَدِيُّ ، أَنْبَأَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ ، أَنْبَأَنَا أَبُو الزُّبَيْرِ ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ : طَعَامُ الْوَاحِدِ يَكْفِي الِاثْنَيْنِ، وَطَعَامُ الِاثْنَيْنِ يَكْفِي الْأَرْبَعَةَ، وَطَعَامُ الْأَرْبَعَةِ يَكْفِي الثَّمَانِيَةَ "

تخريج حديث : الطيرة شرك و لكن الله عز و جل يذهبه بالتوكل



﴿المستدرك علي صحيحين للإمام الحاكم/ كتاب الإيمان/ أما حديث معمر﴾
نص الحديث
حدثنا أبو العباس محمد بن يعقوب ثنا إبراهيم بن المرزوق ثنا وهب بن جرير ثنا شعبة،
 و أخبرنا عبد الرحمن بن الحسن القاضي بهمدان ثنا إبراهيم بن الحسين ثنا آدم بن أبي إياس ثنا شعبة،
 و حدثنا أبو بكر بن إسحاق و أبو بكر بن بابويه قالا : ثنا محمد بن غالب ثنا عفان و محمد بن كثير و أبو عمرو الحوضي قالوا : ثنا شعبة أخبرني سلمة بن كهيل قال : سمعت عيسى رجلا من بني أسد يحدث عن زر عن عبد الله : عن النبي صلى الله عليه و سلم قال : الطيرة شرك و لكن الله عز و جل يذهبه بالتوكل

Syarat-syarat Seorang Filolog dan Cara Kerjanya


Oleh : Dr. Ahmad Sayuti Anshari Nasution, MA.¨
Naskah keislaman banyak berserakan di berbagai pelosok nusantara, pada umumnya naskah-naskah ini belum ditahqiq dan belum mendapat perhatian yang serius dari ilmuan muslim di tanah air. Naskah-naskah ini lahir seiring dengan tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam serta institusi-institusi pendidikan Islam Nusantara. Dokumen-dokumen kerajaan serta buku-buku ilmiah dan buku pelajaran banyak ditulis oleh para pendahulu.
Naskah-naskah ini pada umumnya sudah berusia di atas 60 tahun. Karena kertas yang digunakan dalam penulisan naskah-naskah ini kualitasnya kurang baik, maka diprediksikan tidak akan bisa tahan lebih lama lagi, yang pada gilirannya nanti harus dibakar karena sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi.

Metode penelitian hadis Menurut Al-Bukhari, Muslim & Abu Dawud



I.        PENDAHULUAN
 
Usaha memurnikan hadis Nabi Saw dari pemalsuan telah dilakukan oleh ulama-ulama semenjak masa awal Islam. Mereka bersungguh-sungguh dalam usaha memilah hadis-hadis yang memang bersumber dari Nabi Saw (shahih) dan yang tidak (saqim). Hal ini sangat dimaklumi karena posisi hadis yang sangat urgen yakni sebagai sumber tasyri’ dalam Islam setelah al-Quran. Di sisi yang lain, oknum-oknum yang tidak bertanggunjawab telah membajak hadis nabi dengan memalsukannya demi kenuntungan dan kepentingan individu maupun kelompok.
Pada abad ke-tiga hijriyah munculah tokoh-tokoh besar ulama hadis seperti Imam al-Bukhari, Imam Muslim, Abu Dawud, Al-Turmudzi, al-Nasa’i dan muhadditsin lainnya. Mereka melakukan lawatan ilmiah ke berbagai dareah untuk mengumpulkan data-data hadis nabi yang kemudian diverifikasi dan dikritisi sedemikian rupa. Kesungguhan mereka dalam melakukan penelitian akhirnya melahirkan karya-karya kitab kanonik hadis yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Tidak heran jika masa ini disebut masa keemasaan bagi hadis nabawi.

Jumat, 21 Desember 2012

Mengucapkan Selamat Natal, Menurut Prof. Quraish Shihab



Soal:
Bolehkan kita mengucapkan salam dan atau “Selamat Natal” kepada pemeluk Nasrani?

Jawab:
Ada hadits—antara lain diriwayatkan oleh Imam Mulis—yang melarang seorang Muslim memulai mengucapkan salam kepada orang Yahudi dan Nasrani. Hadits tersebut menyatakan, “Janganlah memulai salam kepada orang Yahudi dan Nasrani. Jika kamu bertemu mereka di jalan, jadikanlah mereka terpaksa ke pinggir.”

Selasa, 18 Desember 2012

Cover Tesis Ade Supriadi "Takhrij Hadis Kitab Hujjah Ahlus Sunnah wal Jama'ah"

Cover Tesis Ade Supriadi "Takhrij Hadis Kitab Hujjah Ahlus Sunnah wal Jama'ah"

Mengetahui Hadis Maudhu' (Palsu)

Untuk mengetahui hadis maudhu' (palsu) sebagai berikut:

1. Adanya pengakuan dari pembuat hadis palsu itu. Dan, ternyata ada lho orang yang telah mengaku memalsukan hadis. Seperti Abu Ishmah bin Abu Maryam; ia mengaku telah memalsukan hadis tentang keutamaan surah-surah dalam Al-Qur'an.

2. Riwayat dari seseorang yang mengaku meriwayatkan suatu hadis dari si A, tapi ternyata saat dicek tanggal kel
hirannya, si A suda meninggal sebelum orang tersebut dilahirkan.

قواعد أصول الحديث

Kitab ini juga termasuk kitab kontemporer yang mennyarikan dan member i komentar kitab-kitab Ilmu Hadits sebelumnya. Beliau mencoba menjelaskan setiap bab dengan rinci dan memberi contoh untuk memperjelas pembahasan.

Meskipun secara garis besar kitab ini telah memuat ilmu-ilmu dasar Ilmu Hadits, namun masih terdapat beberapa materi yang belum dibahas. Sebagai contoh, sejarah para perowi dan tingkatan-tingkatannya tidak dibahas kecuali hanya Shabat dan Tabi’in di akhir kitab ini.

المختصر في علم اصول الحديث

Kitab ini digolongkan pada kita-kitab baru yang mana kandungannya adalah kumpulan dan ringkasan dari kajian-kajian  kitab-kitab induk ilmu hadits sebelumnya . Pada dasarnya Ibnu Nafis adalah ahli di bidang kedokteran dan filsafat sehingga secara tidak langsung pada karya-karyanya yang lain mendapat pengaruh. Baik dari sudut pandang berfikirnya ataupun tata bahasa yang dipakai. Hal itu juga berlaku pada kitab ini.

Dalam kitab ini beliau lebih sering memakai istilah “khobar” untuk menyebut hadits Nabi. Tidak seperti kebanyakan Ulama’ yang memakai Hadits atu sunnah.

Sekilas Biografi Ibn Nafis

Nama lengkapnya ‘Alauddin ‘Ali bin Abi al-Hazm al-Qurasy. Dilahirkan di Damaskus tahun 607 H. dan hidup di Negara tersebut. Ia belajar ilmu kedokteran dari gurunya yang bernama Muhaddzabuddin ‘Abdurrahim bin ‘Ali Addahwar. Kemudian pada tahun 633 H, ia pindah ke Mesir atas panggilan Solahuddin al-Ayubi. Dan ia dijadikan pemimpin Rumah Sakit Annasir di Kairo  yang dibangun oleh al-ayubi pada tahun 589. Kemudian ia menjadi pimpinan Rumah sakit al-Mansury di masa khalifah al-Mansur, Penting untuk diingat bahwa disinilah kemudian beliau mengarang berbagai macam disiplin Ilmu.

Sekilas Kitab Al-Mandzumah al-Baiquniyah



Kitab mustholah hadis ini disajikan dalam bentuk nadzam yang jumlahnya 34 bait. Penulis memaparkan topic-topik ulum al-hadits dengan ringkas dan bahasa yang mudah dicerna. Karya Thoha bin Muhammad ini termasuk kitab yang populer dan banyak dikaji diberbagai majlis ta’lim dan lembaga pendidikan termasuk di madrasah-madrasah dan pondok pesantren di nusantara.

Kitab ini di-syarahi oleh banyak ulama yang jumlahnya tidak kurang dari 13 kitab. Di antaranya adalah sebagai berikut:
 

Sekilas Kitab Taudhih al-Afkar li Ma’ani al-Andhar



Kitab ini merupakan Syarh dari kitab ‘Tanqih al-Andhar’ karya Muhammad bin Ibrahim Ibn al-Wazir (775-840 H).  karena tergolong kitab Syarh, kitab Taudhih al-afkar mengikuti atau mengekor pada model penyusunan masalah-masalah pada kitab induknya, Tanqih al-Andhar

Topik permasalahan yang dibahas dalam kitab ini pun pada dasarnya tidak asing hanya saja kitab ini membuat pembagian topic masalah dengan cara yang tidak umum, yakni setiap tema kecil diberikan penjelasan secara panjang dan lebar. Kitab ini diawali dengan tema  ‘Masalah fi Aqsami al-Hadis’ dan diakhiri dengan ‘Masalah fi Ma’rifat Al-Shohabah’.

Sekilas Biografi Muhammad ash-Shon’ani



Muhammad bin Ismail bin Sholah bin Muhammad bin Ali al-Amir ash-Shon’ani. Menurut nasab keturunannya, beliau adalah keturunan Ali bin Abi Thalib radhiallah ‘anhu, dan keluarga beliau dinamakan al-Amir. Sedangkan beliau dipanggil dengan al-Amir ash-Shon’ani.
Beliau dilahirkan di kota Kahlan, Yaman sebuah kota di daerah pegunungan, pada malam Jum’at pertengahan bulan Jumadil Akhirah 1099 H.

Imam asy-Syaukani rahimahullah menceritakan, “Pada tahun 1107 H, ayah dan keluarga Muhammad bin Ismail pindah ke Shon’a (sebuah kota di Yaman), yakni pada saat beliau berusia 8 tahun di kota inilah beliau tumbuh dewasa. Sang ayah mendidik dan mengajari serta mengarahkan beliau untuk belajar kepada para ulama, hingga akhirnya ia menjadi seorang ulama terkemuka.”

النكت على مقدمة ابن الصلاح

Pengarang : Al-Imam Badru Ad-Din Abu ‘Abdillah Muhammad bin Jamaluddin Abdullah bin Bahadir Az-Zarkasyi ( w : 794 H)
Penerbit : Adlwau as-salaf, Riyadl
Cetakan ke 1, tahun 1998
Jumlah halaman : 1314 halaman
Jumlah juz : 3 juz

Senin, 17 Desember 2012

المُوْقِظَةُ في علم مصطلح الحديث

Pengarang : Al-Hafidz Abu Abdillah Adz-Dzahabi
Penerbit: Daru Ahad
Cetakan ke 1, Tahun 1994
Jumlah halaman : 75 halaman
Jumlah juz : 1 juz

Kitab ini merupakan kitab rangkuman dari kitab gurunya imam Adz-Dzahabi (Ibnu Daqiq al-’Id) yang berjudul Al-Iqtiroh. termasuk kitab ulumul hadis yang tergolong lengkap pembahasannya.

Sekilas Biografi Adz-Dzahabi

Nama lengkap beliau adalah Syamsuddin Abu ‘Abdillah Muhammad bin Ahmad bin ‘Utsman bin Qaimaz. Beliau bergelar Al-Imam Al-Hafidz.

Beliau dilahirkan pada tahun 673 H dan wafat  tahun 748 H di kota Damasqus.

Beliau adalah seorang ahli hadis pada masanya dan seorang ahli sejarah Islam. Beliau mencari hadis pada saat usia 18 tahun dan sangat bersemangat dalam melakukan perjalanan mencari hadis. Beliau banyak mendengarkan Hadis dari berbagai ulama hadis.

Sekilas Biografi Ibn Jama’ah

Nama Lengkap : Muhammad bin Ibrahim bin Sa’dillah, bin Jama’ah, al-Mishri al-Syafi’i ( 639 – 733 H )
Guru-gurunya : Ibn Malik, Ibn Daqiq al-’Id, al-Rasyid al-’Aththar, Ibn al-Azraq, dan lain-lain.
Murid-muridnya : al-’Iraqi, Abu al-Fadhl bin ‘Asakir, Jamal al-Din al-Balbisi, dan lain-lain

Karya-karyanya : Idhah al-Dalil, al-Tibyan, Tahrir al-Ahkam, Tanqih al-Munazharah, al-Radd ‘ala al-Musyabbihah, al-Dhiya’ al-Kamil, al-Manhal al-Rawi, dan lain-lain.

Sekilas Biografi Ibn Daqiq al-’Id

Nama Lengkap : Abu al-Fath Taqiy al-Din Muhammad bin Abi al-Hasan Majd al-Din ‘Ali bin Abi ‘Athoya, al-Mishri al-Syafi’I al-Maliki. Beliau terkenal dengan nama Ibn Daqiq al-’Id. ( 625 - 702 H. ).
Perjalanan menuntut ilmu : Beliau belajar hadits ke Damaskus, Iskandariah, Hijaz, dan daerah-daerah lain.

Guru-gurunya : Ayahnya ( syaikh Majd al-Din ), Abu al-Qasim Hibatullah bin ‘Abdillah, ‘Abd al-’Azhim al-Mundziri, ‘Abd al-Wahhab bin al-Hasan, Yahya bin ‘Ali al-’Aththar, ‘Izz al-Din bin Abd al-Salam, dan lain-lain.
Murid-muridnya : Ibn Jama’ah, al-Dzahabi,’Ala’ al-Din al-Qunawi, ‘Alam al-Din al-Akhna’I, Quthb al-Din al-Halabi, dan lain-lain.

Sekilas Kitab Al-Taqrib wa al-Taisir

Pada dasarnya kitab Taqrib tidak berbeda dengan kitab Ibn al-Shalah, karena kitab ini merupakan ringkasan darinya. Hanya saja Imam al-Nawawi, dalam beberapa hal tidak sepakat dengan Ibn al-Shalah, misalnya dalam mendefenisi hadits shahih Imam al-Nawawi membuang lafazh al-Musnad. Contoh lain, al-Nawawi berpendapat boleh bagi orang-orang pada masanya menghukumi suatu hadits dengan shahih dan dha’if bagi yang menguasai ilmunya. Ini berbeda dengan pendapat Ibn al-Shalah yang menyatakan tidak boleh.

التقريب والتيسير

Sekilas Biografi Imam an-Nawawi

Nama Lengkap : Yahya bin Syaraf bin Murry bin Hasan bin Husain bin Muhammad bin Jum’ah bin Hizam An-Nawawi. Beliau disebut juga sebagai Abu Zakariya, padahal ia tidak mempunyai anak yang bernama Zakariya. Sebab, ia belum sempat menikah. Ia termasuk salah seorang ulama yang membujang hingga akhir hayatnya. Dan mendapatkan gelar "Muhyiddin" (orang yang menghidupkan agama), padahal ia tidak menyukai gelar ini. Dan ia memang pernah mengemukakan: "Aku tidak perbolehkan orang memberikan gelar "Muhyiddin" kepadaku." Beliau lahir pada pertengahan bulan Muharram, atau pada sepuluh pertama bulan Muharram (ada yang berpendapat demikian) pada tahun 631 H. di kota Nawa, sebuah daerah di bumi Hauran, Damaskus.

Sekilas tentang Kitab Ma’rifah Anwa’ Ulum al-Hadits

Kitab ini merupakan upaya yang sangat maksimal dalam melengkapi kelemahan di sana-sini karya-karya sebelumnya, seperti karya-karya al-Khatib dan ulama lainnya. Dalam kitabnya itu, ia menyebutkan secara lengkap 65 cabang ilmu Hadis dan menuangkan segala sesuatunya dengan detail. Mungkin ini pula yang menyebabkan kitab ini tidak cukup sistematis sesuai dengan judul babnya.

Kitab ini mengumpulkan apa yang tercerai berai dalam kitab-kitab sebelumnya, dan menyusunnya menjadi lebih baik. Berbeda dengan kitab-kitab sebelumnya yang menggunakan sanad dalam prose penukilan, maka Ibn al-Shalah, tidak menggunakan sanad lagi.

Sekilas Biografi Ibn al-Shalah

Nama Lengkap : Taqiyyuddin Abu ‘Amr Utsman bin Abdurrahman bin Utsman bin Musa al-Kurdi al-Syahrazuri.( 577 -  )

Perjalanan menuntut ilmu : Ibnu al-Shalah tercatat telah mengunjungi berbagai ibukota penting negara-negara Islam. Setelah bermukim di Maushul selama beberapa tahun, beliau lalu hijrah ke Baghdad, ke Khurasan dan kemudian melanjutkan ke Syam. Dalam persinggahannya di beberapa kota tersebut, beliau belajar kepada para ulama setempat dan secara khusus mendalami ilmu hadits, sampai beliau menguasainya.

Sekilas tentang Kitab al-Ilma’

Kitab al-Ilma’ hanya mengkhususkan pembahasan pada metode tahammul dan Ada’ serta berbagai permasalah seputar menjaga keutuhan dan kehati-hatian dalam periwayatan hadits. Selain itu, pada 4 bab pertama, beliau membahas tentang : wajibnya menuntut ilmu hadits dan menjaganya dengan kehati-hatian; keutamaan ilmu hadits dan ahlinya; Adab Thalib al-Hadits, dan masalah kapan sebaiknya seseorang mendengar hadits.



الإلماع إلى معرفة أصول الرواية وتقييد السماع

Sekilas Biografi Qadhi ‘Iyadh

Nama Lengkap : Abu al-fadhl ‘Iyadh bin Musa bin ‘Iyadh bin ‘Amr al-Yahshabi al-Andalusi al-Maliki.( 476 – 544 ) Perjalanan menuntut ilmu : Beliau berangkat dari Sabtah ke Andalus untuk menuntut ilmu pada tahun 500 –an Hijriah.

Guru-gurunya : al-Qadhi ‘Ali bin Sukkaroh al-Shadafi, Abu al-Bahr bin al-’Ash, Muhammad bin Hamdain, Abu al-Husain Siroj al-Shaghir, Abu Muhammad bin ‘Attab, Hisyam bin Ahmad, dan lain-lain.
Murid-muridnya : ‘Abdullah bin Muhammad al-Asyiri, Abu Ja’far bin Qashir, Khalaf bin Basykuwal, anaknya Muhammad bin ‘Iyadh, dan lain-lain.

Sekilas tentang Kitab al-Kifayah fi Ilm ar-Riwayah

Kitab al-Kifayah membahas banyak  persoalan dalam ilmu hadits antara lain masalah kehujjahan hadits, Mushthalahat al-Muhadditsin ( ini dibicarakan secara singkat dan banyak mushtalahat yang tidak disebutkan), Masalah Tahammul dan ‘Ada’, dan yang paling banyak dibicarakan adalah kaidah-kaidah dalam menerima atau menolak suatu riwayat. Ini sesuai dengan judul kitabnya “ al-Kifayah fi ‘Ilm al-Riwayah. Di antara hal baru yang ditulis oleh al-Khatib, yang belum ditulis oleh ulama’ hadits sebelumnya adalah pembagian hadits menjadi mutawatir dan Ahad.

Sekilas Biografi al-Khatib al-Baghdadi

Nama Lengkap : Abu Bakr Ahmad bin ‘Ali bin Tsabit bin Ahmad bin Mahdi al-Baghdadi ( 391 – 463 )
Perjalanan menuntut ilmu :Beliau mendengar hadits dari ayahnya sejak berumur 11 tahun, kemudian berangkat ke Bashrah ketika berumur 20 tahun, kemudian ke Nisabur ketika berumur 23 tahun,kemudian berangkat ke Ashbahan, Kufah, Syam, Dainur, Ray, Hamdzan, Hijaz, dan Damasqus. 

Guru-gurunya : al-Burqani, Abu Nu’aim al-Ashbahani, Abu Sa’d al-Malini, Abu Bakr al-Hairi, Abu Hazim al-’Abdawi, Qadhi Abu Thayyib, dan lain-lain.

Sekilas tentang Kitab Ma’rifah Ulum al-Hadits

Sekilas tentang Kitab Ma’rifah Ulum al-Hadits

Kitab ini sudah mulai membicarakan mushthalahat al-hadits, menjelaskan maksudnya, dan memberikan contoh-contohnya. Al-Hakim, di dalam kitab ini, sudah membicarakan hadits mauquf, mursal, munqathi’, musalsal, mu’an’an, mu’dhal, mudraj, shahih, saqim, gharib, dan lain-lain yang mencapai 50 cabang ilmu hadits

Sekilas tentang al-Hakim



Nama Lengkap : Abu ‘Abdillah Muhammad bin ‘Abdillah bin Muhammad bin Hamdawih bin Nu’aim al-Nisaburi. ( 321 – 405 H ).

Perjalanan Ilmiah : Beliau mengadakan perjalanan ke Iraq ketika berumur 20 tahun, kemudian pergi haji, kemudian ke Khurasan. Beliau belajar kepada + 2000 orang guru.

Guru-gurunya : Ayahnya, Muhammad bin ‘Ali Abu al-’Abbas al-Asham, Abu Ja’far Muhammad bin Shalih, Muhammad bin ‘Abdillah al-Shafar, Abu ‘Abdillah al-Ahram, Abu ‘Ali al-Hafizh, dan lain-lain.

Sekilas Kitab al-Muhaddits al-Fashil karya al-Ramahurmuzi



Kitab ini merupakan kitab pertama yang disusun dalam ilmu hadits menurut pendapat yang masyhur. Kitab ini ditulis sebagai penolakan terhadap orang-orang yang meremehkan ahli hadits, dan sebagai panduan bagi para pelajar hadits pada masanya dalam berakhlaq. Kitab ini memuat berbagai cabang ilmu hadits di antaranya :

1. Adab Thalib al-Hadits
2. Periwayatan dan Penulisan Hadits
3. ’Ali dan Nazil
4. Metode Tahammul wa al-Ada’
5. Ma’rifah Ruwah al-Hadits

Sekilas Biografi al-Ramahurmuzi

Nama Lengkap : Abu Muhammad al-Hasan bin Abd al-Rahman bin Khallad al-Farisi al-Ramahurmuzi ( w. 360 H )

Guru-Gurunya : Ayahnya ( Abd al-Rahman bin Khallad, Abu Husain al-Wadi’I, Muhammad bin Hayyan, Abu Khalifah al-fadhl bin al-Habbab, Abu Syu’aib al-Harani, al-Hasan bin al-Mutsanna al-’Anbari, Ahmad bin Ibn al-Khaitsamah, dll.

Murid-muridnya : Muhammad bin Ahmad al-Shaidawi, al-Hasan bin al-Laits al-Syirazi, Muhammad bin Musa bin Mardawaih, dan lain – lain.

Karya-karyanya : Adab al-Mawaid, Adab al-Nathiq, Amam al-Tanzil, Amtsal al-Nabi, Risalah al-Safar, al-’Ilal, al-Muhaddits al-Fashil, dan lain-lain.

Kitab Ulum al-Hadits Kontemporer



Pada periode berikutnya (setelah kitab-kitab klasik) para ulama kontemporer pun berlomba menulis kitab ilmu hadis. Jumlahnya, tak terhitung. Saking banyaknya. Dalam kesempatan ini, blog ini hanya akan menyebutkan beberapa saja sebagai bahan referensi bagi pembaca. Berikut ini adalah daftar kita-kitab ulum al-hadis kitab kontemporer:

Kitab Ulumul Hadits Klasik



Selain mengajar lewat lisan, para ulama juga giat menulis. Baik ulama klasik maupun ulama kontemporer. Saling berlomba dalam kebaikan dan menyebarkan manfaat bagi orang lain. Ulama klasik mengawali tulisan-tulisannya dengan bahasa sederhana dan pembahasan yang tidak terlalu lengkap. Lalu, disusul oleh para ulama kontemporer yang melakukan penyempurnaan isi materi buku, maupun dalam bentuk syarah kitab sebelumnya yang dipandang terlalu ringkas.

Pada tulisan ini, kami hendak menyebutkan beberapa kitab yang dikarang oleh para ulama klasik. Yang dimaksud dengan ulama hadis klasik adalah para ulama sebelum masa Ibnu Shalah yang menulis kitab sangat terkenal “Muqaddimah Ibn Shalah.”

Awal Mula Ilmu Hadis



Hadits adalah sumber ajaran Islam kedua setelah al-Qur’an. Berbeda dengan al-Qur’an yang seluruhnya diriwayatkan secara mutawatir ( sehingga bersifat Qath’I al-Tsubut ), hadits sebagian besarnya diriwayatkan secara ahad ( sehingga bersifat Zhanni al-Tsubut ). Hal ini menyebabkan validitas sebuah hadits layak dipertanyakan. Apalagi, hadits tidak tertulis seluruhnya pada masa Rasulullah SAW. Penulisan hadits secara resmi dan massal baru dilakukan pada masa khalifah Umar bin ‘Abd al-’Aziz. 

Rentang waktu yang cukup lama antara wafatnya Rasulullah SAW dengan penulisan hadits ditambah dengan periwayatan dari mulut ke mulut, menyebabkan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam periwayatan hadits cukup besar. Di samping itu, banyak juga terjadi pemalsuan-pemalsuan hadits dengan berbagai kepentingan.

24 Lulusan Program Kader Ulama Konsentrasi Ilmu Hadis

Kementerian Agama memberikan beasiswa S2 kepada 24 orang mahasiswa kader ulama. Program yang dberikan adalah konsentrasi Ilmu Hadis, yang ditempatkan di Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta. Selama 2 (dua) tahun dua puluh empat mahasiswa tersebut digembleng berbagai disiplin ilmu agama, khususnya ilmu-ilmu hadis. Apalagi, mereka ditempatkan di asrama Mahasantri Institut Ilmu Al-Quran di Cinangka, Pamulang, Tangerang Selatan.

Pandangan Prof. Quraish Shihab tentang Bid'ah

Bid'ah menjadi tema perbincangan yang amat menarik akhir-akhir ini. Tak jarang diskusi dan "ijtihad" tentang masalah yang satu itu menjadikan satu kelompok menghujat dan mengkafirkan yang lain. Melihat kelompok lain tak lebih dari sekadar mengada-ada dalam Islam dan menilai mereka tak menolak bahwa Islam sudah sempurna. Atau bahkan dianggap menuduh Nabi Muhammad Saw menyembunyikan risalah.

Apa yang dikatakan oleh salah satu ulama ahli tafsir Indonesia tentang masalah bid'ah ini? Berikut ini pendapat beliau yang kami kutip dari buku "1001 Soal Keislaman yang Patut Anda Ketahui".

Minggu, 16 Desember 2012

Aa Gym; Kiai Manajemen Qalbu

KH. Abdullah Gymnastiar, lahir di Bandung pada tanggal 29 Januari 1962 dari pasangan Letkol H. Engkus Kuswara dan Ny. Hj. Yeti Rohayati, sebuah keluarga yang dikenal relijius dan disiplin. Tak ingin disebut Kiai, atau Ustad, karenanya lebih dikenal dengan panggilan Aa Gym. Dari pernikahannya dengan Ninih Muthmainnah Muhsin – cucu KH. Mohamad Tasdiqin (Pengasuh Pondok Pesantren Kalangsari, Cijulang, Ciamis Selatan), Aa Gym dikaruniai enam orang anak, yakni Ghaida Tsuraya, Muhammad Ghazi Al-Ghifari, Ghina Raudhatul Jannah, Ghaitsa Zahira Shofa, Ghefira Nur Fatimah, dan Ghaza Muhammad Al-Ghazali. Tak ketinggalan, lima orang anak yatim ikut tinggal menjadi anak asuh di keluarga ini. 

KH Jusuf Hasjim

Lahir di Jombang pada 1929, putra Kiai Hasjim Asj'ari. Memperoleh pendidikan di pesantren ayahnya dan sebuah sekolah pendidikan guru di kota tersebut. Pada masa perjuangan kemerdekaan, dia terlibat aktif dalam kegiatan militer, semula di Hizbullah, kemudian memperoleh pangkat letnan satu di tentara nasional. Menjadi kepala sekolah pada sebuah SMP di Jombang, dan sejak 1965 menjabat sebagai pimpinan Pesantren Tebuireng, menggantikan kakaknya, Chalik.

Dia mengaku terlibat aktif dalam Pengganyangan Komunisme pada 1965-66. Memegang berbagai posisi di PBNU dan DPP PPP. Sebagai seorang anggota DPR sejak 1971 hingga 1982, dia merupakan salah seorang tokoh NU yang bersuara paliog blak-blakan. Dia tidak terpilih kembali karena perubahan daftar calon DPR yaog dilakukan Naro. Pada saat buku ini ditulis (1994) dia adalah salah seorang Rois Syuriyah dan penasehat senior pada P3M.

(Tempo 1981:212; 1984:270-1; 1986:298-9)

KH Wahab Chasbullah (1888-1971)

Pendiri NU yang sebenarnya. Putra Kiai Chasbullah dari Tambakberas, Jombang. Belajar di berbagai pesantren Jawa Timur (termasuk yang dipimpin Kiai Kholil di Bangkalan dan di pesantren kerabatnya, Hasjim Asj'ari, di Tebuireng). Selama 1910-14 belajar di Mekkah, kepada ulama Indonesia terkemuka seperti Mahfuzh Termas dan Ahmad Khatib Minangkabau. Sekembalinya dari tanah Arab, dia menetap di Surabaya dan aktif di berbagai lingkungan sosial yang luas, mendirikan beberapa organisasi yang dapat dipandang sebagai cikal bakal Nahdlatul Ulama, yang didirikan di rumahnya di Surabaya pada bulan Januari 1926.

KH Saifuddin Zuhri (1919-1986)

Lahir di Sokaraja, Banyumas (Jawa Tengah) sebagai putra seorang petani dan pedagang. Mendapat pendidikan di Sekolah Dasar dan beberapa pesantren. Dia menjadi guru di sebuah sekolah yang berafiliasi dengan NU di Sokaraja (1937-44), dan wartawan yang bekerja untuk berbagai surat kabar harian dan mingguan. Aktif sebagai pengorganisir Anshor di Jawa Tengah bagian selatan (1938-42), konsul NU di Kedu, Purworejo (1942-49), dan komandan barisan gerilya Hizbullah di wilayah Magelang pada masa revolusi (1946-49).

Pada 1954 dia terpilih menjadi pengurus Tanfidziyah PBNU, dan sejak 1965 menjabat sebagai sekretatis jenderalnya. Selama 1960-64 menjadi pimpinan redaksi Duta Masyarakat, koran harian NU, dan 1964-67 menjadi Menteri agama. Sejak 1968 hingga 1982 dia menjadi anggLahir di Sokaraja, Banyumas (Jawa Tengah) sebagai putra seorang petani dan pedagang. Mendapat pendidikan di Sekolah Dasar dan beberapa pesantren. Dia menjadi guru di sebuah sekolah yang berafiliasi dengan NU di Sokaraja (1937-44), dan wartawan yang bekerja untuk berbagai surat kabar harian dan mingguan. Aktif sebagai pengorganisir Anshor di Jawa Tengah bagian selatan (1938-42), konsul NU di Kedu, Purworejo (1942-49), dan komandan barisan gerilya Hizbullah di wilayah Magelang pada masa revolusi (1946-49).

KH Sahal Mahfudh

Lahir di Kajen (Pati, Jawa Tengah) pada 1937 dari sebuah sebuah keluarga yang selama beberapa generasi melahirkan ulama, dan melalui perkawinan- perkawinan juga mempunyai hubungan dengan keluarga-keluarga tokoh ulama Jawa Timur. Belajar di berbagai pesantren Jawa tengah dan Jawa Timur, dan melengkapi pendidikannya dengan belajar di Mekah selama tiga tahun.

Pada 1963 dia menggantikan kedudukan ayahnya sebagai pimpinan pesantren di Kajen, dimana dia memperkenalkan pembaruan-pembaruan pendidikan yang moderat. Merupakan salah seorang kiai yang paling awal terlibat dalam proyek-proyek pengembangan masyarakat. Memegang berbagai posisi pimpinan di NU dan MUI pada tingkat regional dan propinsi; pada 1984 dan kembali pada 1989 terpilih untuk posisi Syuriyah PBNU (sebagai Rois).

Kiai Kholil Bangkalan; Kiainya Para Kiai

Ulama Madura paling terkemuka pada akhir abad ke-19. Dia tampaknya pernah belajar di Mekkah pada 1860-an dan sekembalinya ke Indonesia, dia mendirikan sebuah pesantren di Demangan, Bangkalan, yang menjadi pusat daya tarik tidak hanya bagi masyarakat Madura tetapi juga kaum santri Jawa Timur. Terkenal sebagai wali, yang memiliki berbagai kekuatan spiritual yang luar biasa. 

Beberapa anggota pendiri NU (termasuk Kiai Hasjim Asj'ari, Kiai Wahab Chasbullah dan Kiai Bisri Syansuri) adalah muridnya. Pada tahun-tahun kemudian, Kiai Kholil mengunjungi mantan muridnya, Kiai Hajim Asj'ari, untuk belajar kitab- kitab hadits, sebuah mata pelajaran baru di pesantren. Dia meninggal pada 1925. Makamnya di Bangkalan merupakan tempat ziarah penting, yang sering didatangi bukan banya oleh orang Madura tetapi juga banyak orang Jawa dan Sunda.

KH Idham Chalid

Lahir di Setui, Kalimantan Selatan pada 1921. Belajar di sebuah sekolah pendidikan guru setempat dan kemudian di pondok pesantren modern Gontor (Ponorogo, Jawa Timur). Memulai karier politiknya sebagai ketua cabang Masyumi lokal di Kalimantan Selatan pada 1944. Pada 1947 menjadi anggota Dewan regional yang disponsori Belanda pada 1949-1950 anggota parlemen Republik Federal, dan pada 1955 terpilih menjadi anggota DPR dengan tiket NU. Diangkat menjadi Wakil Perdana Menteri dalam Kabinet Ali Sastroamidjojo kedua (1956-1957), dan pada tahun yang sama menjadi ketua umum Tanfidziyah NU, posisi yang terus dipegangnya sampai dia dibujuk mengundurkan diri pada 1982.

KH Hasyim Asy'ari; Sang Hadratus Syaikh Pendiri NU

Lahir di Nggedang, Jombang, Jawa Timur. Belajar ilmu agama di berbagai pesantren Jawa Timur dan berangkat ke Mekkah pada 1892, dimana dia menetap, dengan selang waktu sebentar saja, lebih dari tujuh tahun. Sambil belajar kepada para guru Indonesia dan Arab yang paling terkemuka di sana, dia juga mengajar orang Indonesia yang lebih muda. Sekembalinya ke tanah air, dia mengajar selama beberapa tahun (1903-1906) di Kemuning (Kediri), dan kemudian mendirikan pesantren sendiri di Tebuireng dekat Jombang (izin resminya dikeluarkan tahun 1906, tetapi pesantren ini konon sudah berdiri sebelumnya, menurut Akarhanaf sudah sejak 1899). Sejak saat itu dia jarang meninggalkan Tebuireng kecuali unduk perjalanan dagang rutin ke Surabaya.

Kiai Hasani bin Nawawie: Diplomat Ulung di Masa Belanda

Lahir sekitar tahun 1924/1925, Kiai Hasani sudah yatim semenjak masih dalam usia dini. Abah beliau, K.H. Nawawie wafat ketika Kiai Hasani masih berusia sekitar 2 tahun.
Kiai Hasani adalah putera bungsu KH. Nawawie bin Noerhasan. Beliau adalah satu dari 8 bersaudara putera Kiai Nawawie. Masing-masing adalah KH. Noerhasan bin Nawawie (dari Nyai Ruyanah); Nyai Hanifah, K.H. Kholil Nawawie, Nyai Aisyah (dari Nyai Nadhifah); K.H. Sirajul Millah, K.A. Sa’doellah Nawawie dan K.H. Hasani Nawawie (dari Nyai Asyfi‘ah).

Tanda-tandanya sebagai ulama yang dekat dengan Allah sudah tampak semenjak muda. Tidak seperti umumnya anak-anak muda, Kiai Hasani menghabiskan masa belianya penuh dengan cahaya keagamaan. Beliau adalah sosok pemuda yang agamis, wara’, khusyu’, rajin, dan berbudi pekerti luhur.

KH Bisri Syansuri

Lahir di Tayu (Pati, Jawa Tengah). Pendidikan awal diperolehnya di beberapa pesantren lokal, dan kemudian belajar kepada Kiai Kholil di Bangkalan (dimana dia bertemu Kiai Wahab Chasbullah untuk pertama kalinya) dan kepada Kiai Hasjim Asj'ari di Tebuireng (1906-12, bersama Wabab). Ketika sedang berada di Mekkah, dia menikahi adik perempuan Kiai Wahab, dan sepulangnya dari sana dia terlebih dahulu menetap di pesantren mertuanya di Tambak Beras, Jombang. Pada 1917 dia mendirikan pesantren sendiri di Denanyar. Dia terlibat dalam pebentukan NU pada 1926 dan sejak awal menjadi anggota pengurus, walaupun bukan jabatan paling penting. Kiai Bisri pada mulanya adalah seorang ulama ahli fiqh dan seorang guru, tetapi semakin lama semakin terlibat dalam politik.

As'ad Syamsul Arifin (1897-1990)

Lahir di Mekkah. dari keluarga Madura asal Pamekasan yang mengaku keturunan bangsawan sekaligus ulama. Sekembalinya ke Madura, ayahnya, Kiai Syamsul Arifin mendirikan sebuah pesantren kecil di Kembang Kuning, Pamekasan, dan beberapa tahun kemudian juga mendirikan sebuab pesantren yang lebih besar di Situbondo, di bagian ujung timur pulau Jawa yang pada saat itu belum dibuka. As`ad sendiri dkirim belajar kepada Kiai Kholil Bangkalan dan Kiai Hasjim Asi'ari di Tebuireng, dan kemudian belajar lagi ke Mekkah. Mulai mengajar di pesantren ayahnya di Situbondo pada 1924, dan menggantikannya ketika sang ayah meninggal dunia pada 1951.

KH Ali Yafie; Ahli Fikih Indonesia

Lahir di Donggala, Sulawesi Tengah, pada 1928. Pendidikan pertamanya adalah sekolah dasar umum, yang dilanjutkan dengan pendidikan madrasah di Sulawesi Selatan (di Madrasah As'adiyah yang terkenal di Singkang). Spesialisasinya adalah fiqh dan dikenal luas sebagai seorang ahli yang canggih dalam bidang ini, bacaannya lebih luas daripada yang lain. Dia mengabdikan diri sebagai ha- kim di pengadilan agama Ujung Pandang sejak 1959 sampai 1962, kemudian inspektorat pengadilan agama Indonesia Timur (1962-65).

Kiai Ma'shum

Lahir di Lasem sebagai putra Kiai Ma'shum yang terkenal itu. Belajar delapan tahun di pesantren Tremas (Pacitan, Jawa Timur) dan kembali ke Lasem untuk mengajar. Menikah dengan putri Kiai Munawwir dari Krapyak, Yogyakarta, seorang teman ayahnya. Kemudian menghabiskan waktu dua tahun di Mekkah (1938-40). Ketika bapak mertuanya meningal pada 1942, Kiai Ali diminta menggantikannya sebagai pimpinan pesantren. Dia mengembangkannya menjadi sebuah pesantren sangat terkenal di Jawa.

Keterlibatan aktif Kiai Ali di NU dimulai agak terlambat dan tetap sangat bersahaja. Pada akhir l96O-an, dia menjadi ketua Syuriyah cabang Yogyakarta, posisi yang hampir tidak dapat dito- laknya karena dia secara umum diakui sebagai ulama yang paling berilmu di wilayah tersebut. Walaupm dia tetap menghindar agar tidak menjadi pusat perhatian, pada sekitar 1980 dia menjadi salah seorang ulama senior yang paling dihormati dan, karena sama sekali tidak berambisi, menjadi figur kompromi yang ideal untuk menggantikan Kiai Bisri Syansuri sebagai Rois Aam pada 1982.

Kiai Achmad Sjaichu; Politikus NU

Lahir di Surabaya pada 1921. Mendapatkan pendidikan di sekolah dasar (Tashwirul Afkar) dan pesantren. Setelah ayahnya meninggal, ibunya menikah lagi dengan Kiai Wahab Chasbullah. Sebagai anak tiri pendiri NU, dia sangat banyak mendapatkan kemudahan dalam kariernya kemudian. Pada 1950 dia terpilih menjadi anggota dewan kota Surabaya, pada 1955 menjadi anggota parlemen nasional sebagai wakil NU Jawa Timur. Memimpin kelompok NU di parlemen selama 1958-60, dia terpilih menjadi wakil ketua parlemen dari 1963 s.d. 1966. Dipilih kembali menjadi anggota parlemen dalam pemilu 1971.

KH. Achmad Shiddiq

A.  Kehidupan KH. Achmad Siddiq

KH. Achmad Shiddiq yang nama kecilnya Achmad Muhammad Hasan, lahir di Jember pada hari Ahad Legi 10 Rajab 1344 (tanggal 24 Januari 1926). Beliau adalah putra bungsu Kyai Shiddiq dari lbu Nyai H. Zaqiah (Nyai Maryam) binti KH. Yusuf.

Achmad ditinggal abahnya dalam usia 8 tahun. Dan sebelumnya pada usia 4 tahun, Achmad sudah ditinggal ibu kandungnya yang wafat ditengah perjalanan di laut, ketika pulang dari menunaikan ibadah haji. Jadi, sejak usia anak-anak, Kyai Achmad sudah yatim piatu. Karena itu, Kyai Mahfudz Shiddiq kebagian tugas mengasuh Achmad, sedangkan Kyai Halim Shiddiq mengasuh Abdullah yang masih berumur � 10 tahun. Ada yang menduga, bahwa bila Achmad terkesan banyak mewarisi sifat dan gaya berfikir kakaknya (Kyai Mahfudz Shiddiq). Kyai Achmad memiliki watak sabar, tenang dan sangat cerdas. Wawasan berfilkirmya amat luas baik dalam ilmu agama maupun pengetahuan umum.

Ibnu Sina dan 'Kitab Suci' Kesehatan

Al Qanun 11 al-Tibb yang di Barat dikenal dengan Canons, boleh dikata merupakan 'kitab suci' ilmu kesehatan pada masanya. Tanpa merujuk ke buku tersebut, ilmu obat-obatan dan farmakologi dirasakan tidak akan sempurna. Tidak heran bila Ibnu Sina, pengarang buku tersebut begitu dihargai kejeniusan dan kontribusinya dalam ilmu kedokteran, sampai sekarang. Bahkan potret Ibnu Sina, hingga kini menjadi salah satu pajangan dinding besar gedung Fakultas Kedokteran Universitas Paris.

Ibnun Sina yang memiliki nama lengkap Abu Ali al-Hussein Ibn Abdallah, lahir di Afshana dekat Bukhara (Asia Tengah) pada tahun 981. Pada usia sepuluh tahun, dia telah menguasai dengan baik studi tentang Al Quran dan ilmu-ilmu clasar. Ilmu logika, dipelajarinya dari Abu Abdallah Natili, seorang filsuf besar pada masa itu. Filsafatnya meliputi buku-buku Islam dan Yunani yang sangat beragam.

Khairuddin Barbarossa;

Barbarossa artinya janggut merah. Orang besar yang berjanggut merah dalam sejarah dunia ada tiga, yaitu kaisar Frederick I Romawi (1123-1190) dan kakak beradik Aruj dan Khairuddin dari Turki.

Islam pernah mengisi peradaban tingkat tinggi di Andalusia, kebudayaan, filsafat (sains) dan teknologi (terutama struktur dan arsitektur) lahir di wilayah semenanjung Iberia (Spanyol) tersebut. Thariq bin Ziyad yang membawa misi Islam diabadikan menjadi nama gunung di semenanjung tersebut, yaitu Jabal Thariq yang diucapkan orang barat menjadi Gibraltar (kini berada di bawah kekuasaan Inggris). Sebuah gunung di dekat selat yang menghubungkan samudera Atlantik dengan Laut Tengah. Bangsa barat (Eropa) tercengang dengan kemajuan Andalusia, Cordoba, Granada dan Sevillasetelah dipimpin Bani Abbasiyah pada tahun 756M. Umat Islam, Kristen dan Yahudi hidup rukun selama dua abad lebih di saat itu.

Ibnu Haitham; Pencetus Teori Optik

Melalui Kitab Al Manadhir, teori optik pertama kali dijelaskan. Hingga 500 tahun kemudian, teori Al Haytham ini dikutip banyak ilmuwan.

Tak banyak orang yang tahu bahwa orang pertama yang menjelaskan soal mekanisme penglihatan pada manusia -- yang menjadi dasar teori optik modern -- adalah ilmuwan Muslim asal Irak. Namanya Ibnu Al-Haitam atau di Barat dikenal dengan nama Alhazen. Lewat karya ilmiahnya, Kitab Al Manadhir atau Kitab Optik, ia menjelaskan berbagai ragam fenomena cahaya termasuk sistem penglihatan manusia.

Selama lebih dari 500 tahun, Kitab Al Madahir terus bertahan sebagai buku paling penting dalam ilmu optik. Di tahun 1572, karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dengan judul Opticae Thesaurus.
Karena dianggap bertentangan dengan Galen, Michael Servetus dianggap menyimpang. Hukumannya, dirinya dan buku Christianismi Restitutio karyanya pun dibakar. Penemuan sirkulasi dalam paru-paru menjadi hal yang penting dan mengundang banyak perdebatan dalam dunia kedokteran. Pendapat yang diyakini selama ini, teori mengenai sirkulasi paru-paru -- kaitan antara pernapasan dan peredaran darah -- ditemukan oleh ilmuwan Eropa mulai abad ke-16. 

Penggiatnya berturut-turut adalah Servetus, Vesalius, Colombo, dan terakhir Sir William Harvey dari Kent, Inggris. Namun penelusuran sejarah lebih lanjut, dengan meneliti berbagai manuskrip dan objek sejarah lain, maka kejelasan mulai diungkapkan: penemu sirkulasi paru-paru adalah Ibnu Al-Nafis, ilmuwan Muslim abad ke-13. Adalah Dr Muhyo Al-Deen Altawi, fisikawan Mesir, yang mulai menyusur kanal-kanal sejarah sejak tahun 1924. Ia menemukan sebuah tulisan berjudul Commentary on the Anatomy of Canon of Avicenna di perpustakaan nasional Prussia, Berlin (Jerman). Saat itu, ia tengah belajar mengenai sejarah Kedokteran Arab di Albert Ludwig's University Jerman.

Omar Al-Mokhtar : Lion of the Dessert

Lelaki renta itu melangkah menuju tiang gantungan. Kedua tangannya terbelenggu namun matanya masih tetap berbinar. Raut mukanya tak menampakkan rasa takut sedikit pun. Ia begitu gagah walaupun maut tengah merambat mendekatinya.

Suasana sendu justru menyergap orang-orang di sekelilingnya. Mereka menatap lelaki berusia 80 tahun itu, dengan wajah muram. Air mata tak dapat mereka bendung pula. Bahkan beberapa saat kemudian, jerit tangis bersahutan.

Tatkala mereka melihat lingkaran tali tiang gantungan, menjerat leher pahlawan mereka, Omar Al-Mokhtar. Singa Padang Pasir itu, berpulang ke Rahmatullah, pada 16 September 1931 di Kota Solouq. Usai sudah perjuangannya melawan penjajahan Italia.

Nama dan Julukan Nabi Muhammad SAW


Rasulullah SAW mempunyai banyak nama dan julukan. Itu disebutkan dalam beberapa hadis dan aya-ayat Al-Quran. Para ulama menyebutkan beberapa nama beliau antara lain:
-          Muhammad / Ahmad: Yang terpuji
-          al-Mahi: Allah memberikan hak baginya untuk menghapus kesalahan umatnya
-          al-Hasyir:
-          al-'Aqib: Melanjutkan risalah para nabi
-          Raufun Rahim:
-          al-Khatim: Penutup para Nabi

Bertemu Rahib Bahira

Sejak kecil Muhammad sudah belajar berbisnis. Dalam usia 12 tahun, ia menemani pamannya Abu Thalib melakukan perjalanan bisnis ke Syam (Syiria). Bersama rombongan kafilah pedagang mereka tiba di Bushra. Daerah di sebelah selatan Syam. Di buku riwayat, dalam perjalanan inilah beliau bertemu dengan rahib Bahira. Seorang yang banyak mengerti tentang ajaran agama Nasrani.

Sebelumnya, bertahun-tahun kafilah pedagang melintas, Bahira tidak pernah keluar dari tempat ibadahnya menemui mereka. Ia juga tidak pernah mengarahkan pandangan atau berbicara pada mereka. Namun, saat kafilah di mana Muhammad berada berhenti agak dekat dengan tempat ibadahnya, sang rahib tiba-tiba seperti melihat seseorang yang ditunggu-tunggunya. Dilihatnya awan mendung menutupi pohon tempat mereka berteduh. Bahira merasa di pohon itulah orang yang dicari-carinya berada.

Sang Penggembala Kambing

Setelah kakeknya, Abdul Muthallib meninggal, Muhammad diasuh pamannya, Abu Thalib. Sang paman bukanlah orang kaya yang hidup berkecukupan. Tapi, ia mempunyai perasan paling halus dan terhormat di kalangan Quraisy. Abu Thalib bahkan sangat mencintai Muhammad, melebihi kecintaannya pada anak sendiri.

Melihat kesulitan pamannya, Muhammad tak tinggal diam. Saat itu usianya 12 tahun. Abu Thalib hendak berangkat berdagang ke Syam. Perjalanan yang sulit, membuatnya tak berpikir untuk mengajakserta Muhammad. Namun, Muhammad dengan ikhlas mengajukan diri menemani pamannya. Hal itu menghilankan keraguan dalam diri Abu Thalib. Dalam perjalaann itulah, Muhammad bertemu dengan Rahib Bahira yang melihat tanda-tanda kenabian pada diri beliau.

Padamnya Api Majusi

Beliau dilahirkan tahun 570 Masehi. Tahun yang terkenal dengan sebutan Tahun Gajah. Rombongan pasukan gajah Abrahah menyerbu Mekah, hendak menghacurkan Ka'bah. Burung Ababil pun meluluhlantakkan mereka dengan batu-batu kecil neraka.

Ketika Aminah melahirkan Muhammad, terpancarlah cahaya yang menyinari istana Syam; empat belas tiang istana Kisra runtuh, dan api sesembahan Majusi pun padam. Kabar kelahiran itu pun sampai ke Abdul Muthallib. Sang kakek yang juga tokoh Quraisy saat itu. Betapa bahagianya Abdul Muthallib.
Bergegas ia membawa bayi itu ke Ka’bah. Ia mengucapkan syukur sebesar-besarnya. Bahagia sekali. Bayi itu diberinya nama Muhammad (orang yang terpuji). Nama yang tak lazin di kalangan Arab masa itu, tapi cukup dikenal.

Jumat, 14 Desember 2012

Cover Tesis Moh. Shorih Kholid

Cover Tesis Moh. Shorih Kholid
"Takhrij Kitab Mafahim Yajibu an-Tushahhah Sayyid Maliki"

Rabu, 12 Desember 2012

Sabtu, 22 September 2012

Kader Ulama Kecam Film "Innocens of Muslems"

Barat sepertinya tak pernah berhenti mengusik kedamaian yang hendak dijalin antar agama. Di satu sisi, mereka mengucurkan banyak dana untuk mengatasi terorisme--atau dalam bahasa mereka adalah fundamentalisme Islam, tapi di sisi lain mereka seakan tak peduli dengan berbagai hal yang bisa memperburuk upaya perbaikan hubungan antara agama di dunia.

Dengan dalil kebebasan berpendapat, Barat tidak mau menghukum pembuat film "Innocens...". Situs Youtube pun tidak mau menghapus video film tersebut dari tayangannya. Sikap dobel standard seperti itulah yang layak dipertanyakan dari pihak Barat.

Rabu, 19 September 2012

Selasa, 18 September 2012

Menjadi Faqih Sebelum Berkuasa

Nasihat Imam Syafi'i:

"Berusahalah menjadi seorang yang faqih (terlebih dulu) sebelum berusaha menjadi seorang penguasa. Karena, bila Engkau berusaha menjadi penguasa terlebih dulu, maka tak ada lagi jalan untuk menjadi seorang faqih."

Kitab "Nashihatu Ahl al-Hadits", al-Khatib al-Baghdadi

Kebaikan Jika Para Ulama itu Tua

"Orang-orang itu akan selalu ada dalam kebaikan selama mereka mengambil ilmu dari orang-orang tua."

Ibnu Qutaibah pernah ditanya tentang maksud kalimat ini.
Beliau menjawab, "Mereka akan selalu dalam kebaikan sepanjang para ulama mereka adalah orang-orang tua, para masyayikh. Bukan orang-orang baru yang masih muda.
Karena yang tua-tua itu telah melewati lelahnya masa muda, antusiasme, kecerobohan, ketersemangatan, ambisi, yang biasa ada pada diri anak muda.

Sehingga orang-orang tua itu tidak menyatakan pendapatnya berdasarkan hawa nafsu dan emosi.