Minggu, 16 Desember 2012

Kiai Ma'shum

Lahir di Lasem sebagai putra Kiai Ma'shum yang terkenal itu. Belajar delapan tahun di pesantren Tremas (Pacitan, Jawa Timur) dan kembali ke Lasem untuk mengajar. Menikah dengan putri Kiai Munawwir dari Krapyak, Yogyakarta, seorang teman ayahnya. Kemudian menghabiskan waktu dua tahun di Mekkah (1938-40). Ketika bapak mertuanya meningal pada 1942, Kiai Ali diminta menggantikannya sebagai pimpinan pesantren. Dia mengembangkannya menjadi sebuah pesantren sangat terkenal di Jawa.

Keterlibatan aktif Kiai Ali di NU dimulai agak terlambat dan tetap sangat bersahaja. Pada akhir l96O-an, dia menjadi ketua Syuriyah cabang Yogyakarta, posisi yang hampir tidak dapat dito- laknya karena dia secara umum diakui sebagai ulama yang paling berilmu di wilayah tersebut. Walaupm dia tetap menghindar agar tidak menjadi pusat perhatian, pada sekitar 1980 dia menjadi salah seorang ulama senior yang paling dihormati dan, karena sama sekali tidak berambisi, menjadi figur kompromi yang ideal untuk menggantikan Kiai Bisri Syansuri sebagai Rois Aam pada 1982.


Setelah berhenti menjabat Rois Aam pada 1984, dia kembali berusaha sedapat mungkin agar tidak menonjolkan diri. Penyelenggaraan Muktamar NU ke-28 di pesantrennya merupakan sebuah tanda penghormatan yang diberikan kemudian. Beberapa minggu setelah muktamar, dia meninggal dunia.
(Mukhdlor 1989).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar